<p>Indonesia memiliki potensi sumber daya mencapai 23.965,5 Mega Watt (MW) dengan kapasitas terpasang sebesar 2.130 MW. Hal ini membuat Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan panas bumi terbesar di dunia.  / Kementerian ESDM</p>
Industri

Pemerintah Akui Pengembangan EBT Butuh Sentuhan Milenial

  • JAKARTA – Makin dekatnya tenggat waktu bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025 membuat pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Selain mengembangkan berbagai model guna mengakselarasi bauran energi, peran pihak di luar pemerintah dinilai krusial dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), terutama anak muda. “Kami harapkan kegiatan semacam ini dapat melibatkan anak-anak muda yang kreatif untuk […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Makin dekatnya tenggat waktu bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025 membuat pemerintah tidak bisa bekerja sendiri.

Selain mengembangkan berbagai model guna mengakselarasi bauran energi, peran pihak di luar pemerintah dinilai krusial dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), terutama anak muda.

“Kami harapkan kegiatan semacam ini dapat melibatkan anak-anak muda yang kreatif untuk mengembangkan model bisnis EBT yang dapat diimplementasikan,” kata Direktur Konservasi Energi Hariyanto dalam launching Hackathon by New Energy Nexus secara virtual, dikutip Jumat, 25 September 2020.

Keterlibatan pemuda diharapkan mampu membawa angin segar perihal ide dan eksekusi dalam membantu misi pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, bauran EBT hingga peningkatan rasio elektrifikasi.

Pasalnya, pengembangan EBT dihadapkan pada banyak tantangan seperti pendanaan dan geografis. Terobosan ini patut dilakukan mengingat masih tingginya biaya investasi awal untuk proyek berbasis ramah lingkungan tersebut.

“Keterlibatan BUMD dan BUMDes sebagai perusahaan lokal juga penting,” tegas Hariyanto.

Aksi Anak Muda

Hariyanto menyatakan bentuk dukungan anak muda terhadap pengembangan EBT dapat berupa produksi edukasi melalui media sosial dengan membawa isu-isu pendukung penggunaan EBT.

Bukan tanpa sebab, potensi EBT di Indonesia terbukti sangat besar, setidaknya sudah terpetakan berapa kapasitas yang mampu dihasilkan. Seperti misalnya surya (207,8 Giga Watt atau GW), air (75 GW), bayu/angin (60,6 GW), bioenergi (32,6 GW), panas bumi (23,9 GW), dan samudera (17,9 GW).

Menanggapi hal tersebut, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma menegaskan cepat atau lambat manusia harus beralih ke EBT. Maka penting untuk menjadikan EBT sebagai kultur global baru sebagai sumber energi.

“Tren dunia sekarang mengalihkan penggunaan energi fosil ke energi terbarukan. Ini akan mengubah pola sikap, pola hidup, pola manajemen,” kata Surya.

Ia mengungkapkan, penggunaan EBT di dunia akan mengalami lonjakan hingga 50% pada tahun 2025 dan meningkat ke 80% di tahun 2050. “Ini bukan hanya sebagai tantangan, tapi juga peluang karena Indonesia memiliki (sumber) EBT yang komplit dibandingkan negara lain,” jelas Surya.

Sebagaimana diketahui, Indonesia terikat komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dalam Paris Agreement. Adapun target energi terbarukan nasional sebesar 23% pada 2025 dan 29% pada 2030.

Rinciannya, emisi karbon di sektor kehutanan ditargetkan turun 17,2%, sektor energi 11%, sektor limbah 0,32%, sektor pertanian 0,13%, serta sektor industri dan transportasi 0,11%.