<p>Bank Indonesia (BI) melaporkan survei Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 kembali menunjukkan deflasi 0,05% month-to-month (mtm).  / Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Makroekonomi

Pemerintah Baru Diharap Bantu Kelas Menengah

  • Bantuan ke kelas menengah bisa saja berupa bantuan sosial (bansos), KUR, atau semacam stimulus bagi kelas menengah yang turun.

Makroekonomi

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Pemerintahan baru yang akan dipimpin Presiden Prabowo Subianto diharapkan dapat memberikan bantuan ke kelas menengah dan petani. Ini sebagai upaya mengatasi deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.

Harapan itu disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. "Ya, tentu pemerintahan yang akan datang. Ini waktunya pendek, tinggal sedikit lagi. Jangka pendek kita harus menggelontorkan kredit usaha rakyat (KUR) untuk  membantu kelas menengah yang kemarin turun," ujar Zulkifli Hasan di Tangerang, Banten  Rabu 9 Oktober 2024.

Bantuan ke kelas menengah bisa saja berupa bantuan sosial (bansos), KUR, atau semacam stimulus  bagi kelas menengah yang turun.  Dirinya juga berharap pemerintahan baru dapat memberikan bantuan ke para petani di tengah terjadinya situasi deflasi.

Mendag menyampaikan bahwa situasi deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut memberatkan para pedagang dan petani.

“Memang saya keliling ke mana-mana pasar, deflasi lima bulan ini berat bagi pedagang-pedagang, petani cabai, bawang itu rugi. Kalau terlalu murah itu risikonya langsung kolaps. Kalau telur terlalu murah, ayam terlalu murah, orang itu langsung bangkrut, tidak ada penolong. Tapi kalau harga tinggi, itu bisa ditekan. Ada dana dari bupati, gubernur. Inflasi naik, bisa diatasi. Tapi kalau kolaps, bangkrut.

Zulkifli Hasan mengakui bahwa saat ini daya beli masyarakat Indonesia sedang mengalami penurunan. "Ini memang satu, supply-nya karena peralihan musim hujan musim panas, produksinya cukup. Kedua, memang harus kita akui daya beli agak turun. Harus kita akui," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan deflasi September 2024 sebesar 0,12 persen (month-to-month/mtm) yang melanjutkan tren deflasi selama lima bulan berturut-turut dipengaruhi oleh penyesuaian pada sisi suplai pangan.

Tren deflasi telah terjadi sejak Mei 2024 dan terus berlanjut hingga September. Catatan deflasi September 2024, secara historis, menjadi deflasi terdalam bila dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, deflasi dalam lima bulan terakhir secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak (volatile food).