Pemerintah Diminta Tetap Fokus Genjot Belanja Hingga 2022
- Pemerintah diminta tetap fokus dalam mengoptimalkan belanja hingga 2022, khususnya untuk pemulihan ekonomi. Pasalnya, situasi pandemi Covid-19 belum usai meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jabodetabek dan 15 kabupaten/kota lain telah turun ke level 3.
Nasional
JAKARTA - Pemerintah diminta tetap fokus dalam mengoptimalkan belanja hingga 2022, khususnya untuk pemulihan ekonomi. Pasalnya, situasi pandemi COVID-19 belum usai meski Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jabodetabek dan 15 kabupaten/kota lain telah turun ke level 3.
"Pelonggaran bukan berarti ekonomi langsung normal yang berarti support belanja pemerintah masih konsisten dibutuhkan setidaknya sampai akhir 2022," kata Ekonom Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira dalam keterangannya, di Jakarta Selasa 24 Agustus 2021.
Pelonggaran PPKM dari level 4 ke 3 akan memperbaiki konsumsi rumah tangga, tetapi secara terbatas. Konsumsi diperkirakan belum bisa kembali tinggi seperti pada kuartal II 2021 sebelum pengetatan PPKM.
- Repower (REAL) Raih Proyek Bangun Pesantren Daarul Qur’an Senilai Rp100 Miliar
- Burden Sharing Berlanjut, BI Bantu APBN 2022 Rp244 Triliun
- Menko Airlangga: Industri Ekspor di Luar Jawa-Bali Beroperasi 100% Selama PPKM
Pasalnya, meskipun pusat perbelanjaan mulai diizinkan untuk dikunjungi, daya beli kelas menengah belum mendukung belanja yang tinggi. Di samping itu, kapasitas kerja di kantor masih dibatasi maksimum sampai 25 persen untuk sektor non esensial.
"Artinya sebagian pekerja masih berada di rumah. Padahal pengunjung mal kan juga pekerja perkantoran, jadi satu sektor dilonggarkan tapi sektor lain masih dibatasi belum akan berpengaruh banyak," ujarnya.
Perlindungan Sosial
Bhima pun menyarankan pemerintah terus meningkatkan penyaluran belanja untuk perlindungan sosial dan bantuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Di samping itu, ia juga menyarankan kepada pemerintah untuk tetap memprioritaskan vaksinasi pekerja sektor esensial.
"Jangan sampai kembali terjadi lonjakan kasus kemudian yang disalahkan sektor industri manufaktur, karena ada klaster pabrik. Prokes tetap dijaga dan dari pihak pengusaha wajib transparan jika ditemukan kasus baru di lingkungan kerja sehingga penanganan lebih cepat," ucapnya.
Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021, meski masih positif, tidak akan menyentuh angka 7 persen. Bhima memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 berada di kisaran 2 persen year on year.
"Bulan September tidak ada event besar yang bisa memicu kenaikan mobilitas masyarakat," tuturnya.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun juga akan dipengaruhi oleh penanganan pandemi Covid-19 pada kuartal IV 2021 yang akan datang. Apabila kasus Covid-19 sudah turun dan aktivitas perekonomian kembali berjalan, perekonomian dapat tumbuh tinggi didorong oleh belanja untuk natal dan tahun baru.
Sementara itu, ekspor cenderung belum bisa banyak diharapkan. Dia memperkirakan ekspor akan lebih rendah karena negara tujuan sedang berfokus menangani varian delta sehingga berpengaruh terhadap laju konsumsi maupun permintaan bahan baku industri.