Pemerintah Target Selesaikan Vaksinasi Dosis Lengkap pada Kuartal II-2021
- Pemerintah bertekad menyelesaikan vaksinasi dosis lengkap atau vaksinasi dosis primer pada kuartal kedua tahun ini.
Nasional
JAKARTA -- Pemerintah bertekad menyelesaikan vaksinasi dosis lengkap atau vaksin dosis primer pada kuartal kedua tahun ini. Hingga 10 Januari, vaksinasi dosis lengkap telah mencapai 56,24% menjadi 117.124.404 dosis dari target 208,26 juta orang.
Sementara itu, jumlah vaksinasi COVID-19 dosis pertama sudah mencapai 170.720.573 orang atau sekitar 81,97% dari target.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan untuk mencapai target tersebut pemerintah akan berupaya menyuntik hingga 1,2 juta dosis per hari. Jumlah masyarakat yang belum menerima vaksin lengkap mencapai sekitar 91 juta orang.
- Punya Omzet Rp30 Juta per Bulan, Usaha Olahan Bambu Ini Tembus Pasar Global
- BUMN China Bakal Bangun Bandara Bali Utara Senilai Rp50 Triliun
- Erick Thohir Buka Opsi Pembubaran PLN Batubara, Pengamat: Kinerja Masih Bagus
Untuk mendorong percepatan vaksinasi, kata dia, pemerintah juga akan melaksanakan vaksinasi dosis lanjutan atau vaksin booster yang akan dimulai pada 12 Januari mendatang.
"Vaksin Booster yang sudah mendapatkan EUA (emergency use authorization) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yaitu vaksin Sinovac/CoronaVac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax. Berdasarkan hasil kajian, booster itu akan diberikan pada sasaran usia 18 tahun ke atas," katanya dalam konferensi pers Evaluasi PPKM, Senin, 10 Januari 2022.
Dia menambahkan bahwa untuk Vaksin Merah Putih buatan dalam negeri sudah ada beberapa yang masuk pada tahap uji coba, seperti vaksin Unair-Biotis dan vaksin BUMN-Baylor.
Sementara itu, terkait perkembangan Vaksin Nusantara tentunya akan terus didorong dan diterapkan di Rumah Sakit tetapi implementasinya agak berbeda karena berbasis pelayanan dalam bentuk imunoterapi untuk meningkatkan imunitas pasien.
"Vaksin Nusantara juga akan terus didorong dan saat ini diterapkan di rumah sakit dan treatment-nya berbeda," terang Airlangga.
Lima Jenis Vaksin Booster
Secara terpisah, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengatakan sudah ada lima vaksin booster yang telah mendapat izin penggunaan darurat (EUA). Kelima vaksin booster tersebut telah melalui proses evaluasi bersama para tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin (KNPV) dan telah mendapatkan rekomendasi memenuhi persyaratan yang berlaku.
“Pada hari ini kami melaporkan ada lima vaksin yang telah mendapatkan emergency use authorization," katanya dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, 10 Januari 2021.
Dia menjelaskan, kelima vaksin COVID-19 yang telah mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM untuk digunakan sebagai vaksin booster yaitu vaksin CoronaVac produksi PT Bio Farma (Persero), vaksin Pfizer, vaksin AstraZeneca, vaksin Moderna, dan vaksin Zifivax.
Dia menambahkan, masih terdapat beberapa vaksin yang tengah diuji klinik untuk memperoleh EUA sebagai vaksin dosis lanjutan.
“Ada juga beberapa yang sedang uji klinik vaksin booster yang masih berlangsung dan dalam waktu beberapa hari ini akan juga bisa kita putuskan EUA-nya,” imbuhnya.
- Allo Bank Milik Chairul Tanjung Rights Issue, Bukalapak dan Salim Group Siap Caplok
- 4 Jajaran Konglomerat Indonesia dengan Saham Jumbo
- Korsel akan Kontrol Ketat Radar AESA Jet Tempur IF-21 Indonesia
Penny menerangkan untuk vaksin CoronaVac akan digunakan untuk booster homolog dengan dosis sebanyak satu dosis.
Hasil uji imunogenisitas menunjukkan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian vaksin booster ini pada subjek dewasa.
Kemudian, untuk vaksin Pfizer atau Comirnaty juga untuk booster homolog dengan dosis sebanyak satu dosis.
Hasil uji imunogenisitas menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan sebesar 3,3 kali.
Selanjutnya, untuk vaksin AstraZeneca juga bersifat homolog dengan dosis sebanyak satu dosis. Hasil uji imunogenisitasnya menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi sekitar 3,5 kali setelah pemberian vaksin booster.
Sementara untuk vaksin Moderna digunakan untuk booster homolog dan heterolog dengan dosis setengah dosis. Booster heterolog vaksin Moderna digunakan untuk vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Janssen atau Johnson & Johnson.
Vaksin ini menunjukkan respons imun antibodi netralisasi sebesar 13 kalinya setelah pemberian dosis booster.
Terakhir, vaksin Zifivax digunakan untuk booster heterolog dengan vaksin primer Sinovac dan Sinopharm. Titer antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subjek yang telah mendapat dosis primer Sinovac atau Sinopharm.
Penny menyampaikan bahwa pemberian vaksinasi dosis lanjutan telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Pemberian booster diperlukan untuk meningkatkan kadar antibodi COVID-19 yang mengalami penurunan signifikan enam bulan setelah memperoleh vaksin dosis lengkap.
Data imunogenisitas dari hasil pengamatan uji klinik terdiri dari semua vaksin COVID-19 menunjukkan adanya penurunan kadar antibodi yang menurun secara signifikan sampai di bawah 30% terjadi setelah enam bulan pemberian vaksin primer dosis lengkap.
"Oleh karena itu, diperlukan pemberian vaksin booster atau dosis lanjutan untuk meningkatkan kembali imunogenisitas yang telah menurun," ungkap Penny.