<p>Minuman beralkohol bir Anker milik PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) / Deltajkt.co.id</p>
Korporasi

Pemprov DKI Masih Tenggak Dividen Bir Anker Rp52,55 Miliar

  •  Produsen minuman keras (miras) bir Anker, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sepakat membagikan dividen tunai sebesar Rp200,16 miliar untuk tahun buku 2020. Setiap pemegang saham akan mendapatkan dividen tersebut dengan nilai Rp250 per lembar saham.
Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Produsen minuman keras (miras) bir Anker, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sepakat membagikan dividen tunai sebesar Rp200,16 miliar untuk tahun buku 2020. Setiap pemegang saham akan mendapatkan dividen tersebut dengan nilai Rp250 per lembar saham.

Keputusan ini dihasilkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada 24 Agustus 2021.

Adapun susunan pemegang saham DLTA saat ini masih dikendalikan oleh San Miguel Malaysia sebesar 58,33%. Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta menggenggam 26,25% saham dan sisanya milik publik.Dengan kepemilikan saham tersebut, jumlah dividen yang dinikmati oleh Pemprov DKI Jakarta pun sebesar Rp52,55 miliar.

Diketahui, dividen tunai untuk tahun buku 2020 ini turun dibandingkan dengan 2019. Pada periode sebelum pandemi, dividen yang dibayarkan perseroan sebesar Rp312,26 miliar atau setara Rp390 per saham.

Mengutip paparan public expose perseroan pada laman resminya, Kamis, 26 Agustus 2021, manajemen mengungkapkan sepanjang 2020 hampir seluruh sektor ekonomi terpukul oleh pandemi COVID-19.

“Penurunan yang tajam terutama untuk sektor ritel, perjalanan dan pariwisata. Akibatnya, dampak langsung dihadapi oleh industri bir,” tulis paparan tersebut.

Seperti diketahui, pada awal pembatasan pemerintah menerapkan pengurangan jam operasional di sektor-sektor nonesensial. Hal ini berdampak langsung pada penurunan drastis volume bir di hotel, bar, restoran, kafe, dan tempat rekreasi lainnya.

Ditambah pembatalan event-event utama olahraga, musik, dan hari raya. Alhasil, permintaan terhadap bir perseroan mengalami penurunan.

Penurunan Penjualan

Secara geografis, ujar manajemen, perseroan mencatat penurunan penjualan terbesar di Bali, salah satu provinsi yang terdampak paling parah secara ekonomi. Pasalnya, provinsi ini menerapkan pembatasan perjalanan domestik maupun mancanegara.

Volume penjualan perseroan pun turun 38,3% dibandingkan dengan 2019. Kendati demikian, ini sedikit lebih baik dari kontraksi volume 40% di industri minuman beralkohol.

Sepanjang 2020, penjualan neto DLTA juga turun 33,9% menjadi Rp546,3 miliar dari Rp827,1 miliar per 2019.

Total laba kotor turun 38,5% dari Rp596,7 miliar menjadi Rp367,2 miliar per 2020. Kemudian, laba bersih setelah pajak ikut turun 61,2% menjadi Rp123,5 miliar dari Rp317,8 miliar pada tahun sebelumnya.

Manajemen menyebut, pihaknya telah mengambil langkah untuk meminimalisasi dampak COVID-19 terhadap kinerja usahanya.

Hal ini dilakukan sebagai upaya adaptasi dengan perubahan di pasar, sekaligus menjalankan manajemen biaya yang bijak.

“Sebagai gantinya, kami mengalihkan fokus pada program-program off-premise dan sektor tradisional. Kami meningkatkan ketersediaan di hypermarket dan supermarket, serta mempertahankan program insentif untuk mendukung pedagang grosir kami,” ungkapnya.