Pemprov Jateng Rampungkan Pembangunan Jalan Provinsi di Brebes
- Pemprov Jateng mengerjakan jalan Provinsi Bumiayu-Sirampog Brebes memakan waktu 136 hari yang terhitung mulai 16 Januari-31 Mei 2023. Adapun rincian pembangunan yakni panjang penanganan 143 meter menggunakan bahan rigid pavement, dengan lebar jalan 5 meter.
Infrastruktur
JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) baru merampungkan proyek pembangunan jalan provinsi di Desa Sridadi, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes.
Pemprov Jateng melakukan pembangunan jalan Bumiayu-Sirampog ini setelah terjadi bencana geologi tanah bergerak yang menimpa wilayah Brebes November 2022 lalu .
Rusaknya jalan ini mengakibatkan akses masyarakat setempat terganggu misalnya siswa-siswi ke sekolah harus melewati jalan alternatif. Bahkan para pedagang sayuran mengalami pembengkakan ongkos pengiriman barang yang mengakibatkan pendapatannya berkurang.
- Langkah Astra International (ASII) Terapkan ESG Lewat Triple-P Stratregy
- Luhut Minta Ekspor 5 Juta Ton Bijih Nikel Ilegal ke China Ditelisik
- Produksi Nikel Vale (INCO) Kuartal II-2023 Naik 35 Persen jadi 16.922 Ton
Staf Teknik Paket Rehab Bumiayu-Sirampog Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Tegal Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya Jawa Tengah, Muhamad Firmansyah menjelaskan, pihaknya telah menyelesaikan paket pengerjaan jalan berupa rehabilitasi Jalan Bumiayu-Sirampog.
“Pengerjaan itu telah selesai dikerjakan dengan jumlah anggaran Rp3,4 miliar,” jelas Muhamad dalam keterangan resmi Pemprov Jateng dikutip TrenAsia.com, Jumat 21 Juli 2023.
Diketahui pelaksanaan pengerjaan jalan ini memakan waktu 136 hari yang terhitung mulai 16 Januari-31 Mei 2023. Adapun rincian pembangunan yakni panjang penanganan 143 meter menggunakan bahan rigid pavement, dengan lebar jalan 5 meter.
Respons Masyarakat Sekitar
Masyarakat pun merasakan manfaatnya, karena bisa menggunakan akses jalan, setelah sebelumnya tak bisa melewati titik jalan tersebut.
Salah satunya siswa SMK di Kecamatan Sirampog, Muhammad Khaerul Anam, mengaku, ia biasa memanfaatkan akses jalan provinsi itu untuk pergi ke sekolahnya di Pakisaji. Sebab, waktu tempuhnya lebih singkat, terutama bila dilewati menggunakan mobil angkutan umum, yaitu sekitar 10 menit.
“Setelah jalannya rusak (akibat longsor), saya harus lewat kampung lain, sampai 40 menit (waktu tempuhnya),” kata Khaerul.
Tak jarang, dengan melintasi jalan alternatif di kampung lain, siswa berusia 15 tahun ini kerap terlambat ketika sampai sekolah. Bahkan, sepatunya kotor akibat lumpur jalanan yang menempel, saat melewati jalan.
Pengguna jalan lain, Indy Rahmatika, warga Pakisaji Sirampog, mengenang, saat jalan ambles dulu memang tidak bisa dilewati. Ia pun terpaksa lewat jalan alternatif di sekitarnya.
“Jalannya mutar. Saat rusak, paling macet karena jalan rusak. Tidak sampai satu jam. Tapi sering terlambat (ke sekolah),” ujarnya.
Sopir angkutan umum jurusan Bumiayu-Sirampog, Dedi Setiawan, saat jalan ambles itu ia terpaksa mengalami penurunan pendapatan. Yang mana, saat jalan rusak itu pendapatan kotornya sekitar Rp400 ribu sehari.
- Intip Prospek Kripto Altcoin pada Semester II-2023 Setelah Bitcoin Pulih
- Ingin Hubungan yang Lebih Dalam dan Bermakna? Ikuti Aturan Berikut
- Pengguna Threads Turun 25,4 Juta Dalam Seminggu
“Dampak bagi sopir, pendapatannya kurang, waktu juga. Kalau mutar hampir dua kilometer,” ungkap pria 28 tahun ini.
Kondisi kelesuan itu juga dipahami oleh pemilik angkutan. Sebab jalan ambles memang mengakibatkan jalan tak bisa dilalui. Namun, kini kondisinya sudah membaik. Jalan ambles telah selesai ditangani, dengan penanganan rigid atau cor di samping jalan lama.
“Jalannya bagus, Alhamdulillah, bisa nutup setoran,” kata Dedi.
Sopir truk angkut sayur yang biasa melintasi jalan Sridadi, Zidan Affan mengatakan, saat jalan ambles itu ia tak bisa mengantar sayur ke luar kota seperti Cilacap hingga Cibitung Bekasi Jabar, dan Jakarta.
Maklum, di wilayahnya memang dikenal sebagai penghasil sayuran daun bawang. Sopir seperti dirinya menjadi salah satu pihak yang terdampak akibat amblesnya jalan. Kondisi itu membuat pendapatannya berkurang.
“Kalau pemasukan normal ya cukup buat sehari-hari. Saat rusak ya pendapatan kurang. Sekarang tidak harus mutar. Saya sebagi sopir enak, tidak harus mutar. Pemasukan juga lebih banyak,” ungkap pemuda 24 tahun ini.