Eberhart - APNews.jpeg
Dunia

Pendaki Tertua di Jalur Appalachian

  • Pendaki Tertua di Appalachian TrailPORTLAND – Seorang pria berusia 83 tahun asal Alabama mulai menjelajah sejak pensiun lebih dari seperempat abad yang lalu – d
Dunia
Fadel Surur

Fadel Surur

Author

PORTLAND – Seorang pria berusia 83 tahun asal Alabama mulai menjelajah sejak pensiun lebih dari seperempat abad yang lalu – dan tidak pernah berhenti. 

M.J. “Sunny” Eberhart mencatatkan dirinya dalam buku rekor pada hari Minggu sebagai pendaki tertua yang berhasil menaklukkan jalur Appalachian.

Eberhart, yang lebih dikenal sebagai Nimblewill Nomad, mengakui bahwa meskipun sudah memiliki pengalaman yang banyak, jalur itu tetaplah sulit untuk dilalui, beberapa kali ia tergelincir pada batu yang licin sepanjang perjalanannya.

“Saya memiliki beberapa bekas luka, tetapi saya baik-baik saja,” katanya dalam wawancara baru-baru ini. “Anda harus memiliki tekad yang luar biasa untuk melakukan ini.”

Pemegang rekor sebelumnya adalah Dale “Greybeard” Sanders asal Memphis, Tennessee. Ia menyelesaikan pendakian pada 2017 saat berusia 82 tahun. Ia tidak merasa keberatan rekornya direbut.

“Teman baik saya Nimblewill berhasil mengalahkan rekor saya, dan saya ikut senang. Rekor dibuat untuk dipecahkan,” kata Sanders. 

Jordan Bowman, dari Appalachian Trail Conservancy di Harpers Ferry, Virginia Barat, mengkonfirmasi bahwa Eberhart adalah orang tertua yang menaklukkan jalur itu dan mengalahkan Sanders. 

Eberhart memulai hasrat untuk berkelana setelah pensiun sebagai dokter mata di Florida pada 1993.

Seorang pria dengan kuncir dan janggut yang menawan itu mendaki lebih jauh dari mereka yang melewati jalur sepanjang 3.530 kilometer yang melintas di antara Gunung Springer di Georgia dan Katahdin di Maine. Ia memulai perjalanan pada Februari dari rumahnya di Gunung Flagg, Alabama, yang berarti menambahkan ratusan mil pada perjalanannya.

Jarak perjalanan itu cukup jauh, secara relatif, bagi seseorang yang telah berjalan sejauh 4.400 mil (7.080 kilometer) dari Florida Keys ke Quebec utara, sebuah petualangan yang ia ceritakan dalam buku, “Ten Million Steps.” Selanjutnya ia mendaki dari Newfoundland ke Florida, jarak yang lebih jauh lagi. Ia juga pernah berjalan dari Chicago ke California di Route 66.

Ia merasakan usia cukup menjadi masalah dalam pendakian ini. Refleksnya tidak secepat dulu, jadi ia membatasi dirinya untuk hanya melakukan pendakian selama 8 jam per hari. Tetap saja ia mengalami kendala.

Baru-baru ini di New Hampshire, ia terjatuh dan sikunya berdarah. Seorang teman pendaki bertanya apakah ia ingin beristirahat sejenak.

Eberhart membalas, “Menurutmu jika saya mengeluh maka sakitnya akan hilang?” sebelum bangkit dan melanjutkan perjalanan, kata Odie Norman dari Huntsville, Alabama yang menemani Nimblewill mendaki 100 mil.

Usia Eberhart bertolak belakang dengan sepasang pendaki muda yang menaklukkan jalur itu saat pandemi.

Juniper Neteburg yang berusia 4 tahun, menyelesaikan perjalanannya tahun lalu bersama orang tua asuhnya. Seorang anak berusia 5 tahun, Harvey Sutton, dari Lynchburg, Virginia, juga berhasil menyelesaikan pendakian bersama orang tuanya pada bulan Agustus. Eberhart sempat berpapasan dengan Sutton, yang dikenal sebagai Little Man, di jalur pendakian. Anak muda itu “membuat saya terkesan,” kata Eberhart.

Eberhart belum kehilangan motivasi untuk terus berjalan atau mencari ketenangan yang ia dapatkan dalam perjalanannya dan ditemani komunitas pendaki yang erat dan beragam.

Pendakian besar pertamanya adalah sebuah cara untuk mencari ketenangan setelah menanggung beban emosional dan mental akibat perceraian dan kehilangan hak asuh atas anaknya. Akhirnya ia bisa menemukan kedamaian dan pengampunannya. 

“Kedamaian bisa dicari. Tidak berarti akan bisa ditemukan. Saya berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan melihat saya dari atas dan mengampuni saya, saya bisa merasa damai,” katanya saat beristirahat di dekat perbatasan Maine-New Hampshire. 

Dengan selesainya pendakian, Eberhart akan Kembali ke rumahnya di Gunung Flagg, di mana ia bekerja sebagai penjaga menara pemadam kebakaran dan kabin yang dibangun oleh Civilian Conservation Corps.

Norman, yang merilis “The Hiker Yearbook” mengatakan Eberthart belum akan gantung sepatu dalam waktu dekat.

“Ia berkata, ‘Orang-orang mengatakan bahwa ini adalah pendakian terakhir saya.’ Lalu ia tertawa,” kata Norman. “Menurut saya ini bukan pendakian terakhirnya. Mungkin ia hanya belum tahu apa yang akan didaki selanjutnya.”