Pendanaan dan Teknologi Jadi Tantangan Transformasi Industri Hijau
- Transformasi ke green industry mendorong masing-masing perusahaan untuk melakukan investasi, dan hal tersebut tidak murah.
Energi
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut ada dua permasalahan fundamental yang dihadapi pelaku industri RI dalam bertransformasi menuju industri hijau yang lebih rendah emisi karbon, yaitu pendanaan atau financing dan pengadaan teknologi.
Agus mengatakan, industri membutuhkan akses pendanaan mengingat transformasi menuju green industry tidak murah, lalu industri juga membutuhkan teknologi mumpuni untuk menjalankan proses produksi yang lebih hijau.
"Semua sepakat bahwa dua permasalahan yang selalu dihadapi oleh industri berkaitan dengan transisi ini (transformasi ke industri hijau) adalah pertama berkaitan dengan financing atau akses dana, kedua berkaitan teknologi," ujarnya dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS), di Jakarta, Kamis 19 September 2024.
- DPR Setujui Rancangan APBN 2025 Rp3005 Triliun, Program Quick Win Prabowo Disetujui
- Saham BBTN Diburu Investor Asing Usai Suku Bunga Turun, Berapa Target Sahamnya?
- Butuh 4 Kali Lipat Pembangkit EBT untuk Gantikan 1 PLTU
Agus menyampaikan, dengan adanya akses pendanaan, maka pelaku industri bisa membeli atau melakukan pengadaan teknologi di masing-masing wilayah kerjanya. Untuk menjawab masalah pendanaan, ia membeberkan, pihaknya akan membentuk Green Industry Service Company (GISCO).
Adapun GISCO merupakan salah satu produk ekosistem industri hijau. Meski tidak menjelaskan rencana pembentukan GISCO secara rinci, Menperin menuturkan, GISCO bisa menjadi salah satu opsi pembiayaan hijau.
Dengan adanya GISCO, sambung Agus, dapat membantu perusahaan untuk mendanai, merancang, dan mengimplementasikan teknologi hijau di perusahaan masing-masing. Jadi, menurutnya, Kemenperin turut menyediakan solusi dan regulasi, karena tidak hanya memaksa pelaku industri untuk bertransformasi menuju industri hijau.
Sementara itu, Agus menilai teknologi mumpuni untuk bertransformasi ke industri hijau sudah ada banyak jenisnya. Contohnya, seperti Teknologi Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS), industry 4.0, dan teknologi sumber energi hijau.
Menperin menjelaskan, transformasi ke green industry mendorong masing-masing perusahaan untuk melakukan investasi, dan hal tersebut tidak murah. Oleh karena itu, ia menilai adanya akses pembiayaan hijau bisa meringankan pelaku industri.
Meski dua aspek itu, pendanaan dan teknologi, menjadi tantangan dalam bertransformasi menuju industri hijau, Agus menilai kesadaran pelaku industri di Indonesia sudah tinggi. Artinya, pengusaha sudah mulai peka terhadap isu lingkungan dan iklim, serta target pemerintah mengurangi emisi karbon hingga mencapai net zero emission.