Pendanaan Start Up Seret, Elon Musk: Terlalu Lama Uang Menghujani Orang Bodoh
- CB Insight mencatat bahwa terjadi penyurutan penyurutan pendanaan ventura secara global pada kuartal I-2022 sebesar 19%.
Industri
JAKARTA -Fenomena seretnya pendanaan ke start up karena likuiditas yang rendah turut menarik perhatian orang terkaya di dunia Elon Musk. Ia pun mengeluarkan komentar pedas kepada perusahaan-perusahaan rintisan yang terlalu mengandalkan suntikan modal.
Elon Musk mengatakan kondisi makroekonomi yang dihantui inflasi dan konflik Rusia-Ukraina sebetulnya merupakan suatu hal yang positif meskipun keduanya telah berdampak kepada likuiditas start up yang melemah. Yang salah justru start up yang menggantungkan keberlangsungan bisnis mereka kepada suntikan modal.
"Sudah terlalu lama uang menghujani orang bodoh. Beberapa kebangkrutan pun terjadi," tulis Musk melalui akun Twitter-nya, dikutip Rabu, 8 Juni 2022.
- Film Morbius: Dinilai Gagal hingga Jadi Lelucon, Tayang Lagi di Bioskop Pun Tak Dongkrak Keuntungan
- Bikin Mitra Gojek Hemat Ratusan Ribu, GoTo Kebanjiran Pesanan Motor Listrik Electrum
- Ekspansif! Sinar Mas Land Luncurkan Gedung Perkantoran Senilai Rp3,6 Triliun di Inggris
Musk menilai bahwa pelemahan likuiditas start up dipengaruhi juga oleh sistem work from home (WFH) yang diterapkan selama pandemi. Sistem kerja ini dinilai Musk telah membuat banyak orang merasa tidak perlu bekerja keras sebagaimana mestinya sehingga mengurangi kinerja perusahaan.
"Tinggal di rumah telah menipu orang-orang untuk berpikir bahwa Anda sebenarnya tidak perlu bekerja keras," kata Musk.
Sebagai informasi, studi CB Insight mencatat bahwa terjadi penyurutan penyurutan pendanaan ventura secara global pada kuartal I-2022 sebesar 19%.
- KPPU Endus Dugaan Kartel di Minyak Goreng, Anak Usaha Indofood hingga Musim Mas Dipanggil
- Emiten Milik Grup Djarum (TOWR) Tebar Dividen, Segini yang Didapat Orang Terkaya se-Indonesia Hartono Bersaudara
- 4 Pabrik Gula PTPN X Mulai Beroperasi, Hasilkan Gula Hingga Puluhan Ribu Ton
Penyurutan itu pun berdampak kepada berkurangnya aliran dana untuk perusahaan-perusahaan start up yang jumlahnya semakin menjamur.
Alhasil, di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan start up yang menempuh langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya, di antaranya PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja), PT Zenius Education (Zenius), PT Jingdong Indonesia Pertama (JD.ID), dan PT Pahami Cipta Edukasi.
Untuk meminimalisasi dampak dari surutnya pendanaan start up, perusahaan inkubator Y Combinator pun menyarankan agar perusahaan-perusahaan start up melakukan pemangkasan biaya dan fokus terhadap peningkatan profit.