Pendanaan Ventura Kuartal I 2022 Kian Seret, Start Up Disarankan Pangkas Biaya Operasional
- Perusahaan-perusahaan start up yang masih menggunakan konsep "bakar uang" dalam menjalankan bisnisnya terpaksa harus menghadapi kondisi ini dengan jerih payah.
Industri
JAKARTA - Berdasarkan data dari CB Insight, pendanaan ventura secara global pada kuartal I-2022 susut 19% dari kuartal sebelumnya. Perusahaan-perusahaan start up pun disarankan untuk memangkas biaya operasional demi menyelamatkan diri dan meminimalisasi angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak terjadi baru-baru ini.
Y Combinator, salah satu investor terkemuka di Silicon Valley, menyarankan agar para pelaku start up memangkas pengeluaran dan fokus kepada pemasukan dalam 30 hari ke depan.
"Ingatlah bahwa peluang sukses Anda sangat rendah, bahkan jika perusahaan Anda baik-baik saja. Kami menyarankan Anda mengubah rencana," tulis Y Combinator dikutip dari surat Economic Downturn, Rabu, 8 Juni 2022.
- Film Morbius: Dinilai Gagal hingga Jadi Lelucon, Tayang Lagi di Bioskop Pun Tak Dongkrak Keuntungan
- Emiten BUMN Blue Chip Ini Segera Rights Issue, Simak Jadwalnya
- 2 BUMN Kembali Dilebur, 1 BUMN Bakal Dicaplok Telkom
Y Combinator menyarankan hal tersebut karena kondisi makroekonomi saat ini yang tengah diterjang tekanan inflasi. Perusahaan-perusahaan start up yang masih menggunakan konsep "bakar uang" dalam menjalankan bisnisnya terpaksa harus menghadapi kondisi ini dengan jerih payah.
Oleh karena itulah sangat penting bagi start up untuk mengubah strategi bisnisnya di saat perusahaan-perusahaan ventura sedang mengubah haluannya.
Dalam laporan e-Conomy SEA 2020, disebutkan bahwa investor saat ini memang semakin selektif dalam menyuntikkan dana.
Ketimbang memprioritaskan pencapaian skala masif dalam waktu cepat seperti yang lumrah dilakukan sebelumnya, dewasa ini kebanyakan investor lebih memilih untuk menyimpan dananya di lokasi yang menjamin pertumbuhan berkelanjutan.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda pun sempat mengatakan bahwa surutnya pendanaan berimbas kepada badai PHK yang terjadi dalam beberapa waktu ke belakang.
"Ketika gagal mendapatkan pendanaan, biasanya mereka akan kelimpungan hingga tidak bisa beroperasi secara normal, makanya mereka biasanya melakukan lay-off kepada karyawannya untuk menghemat budget," ujar Nailul kepada TrenAsia beberapa waktu lalu.
Start up yang masih mengandalkan strategi bakar uang dinilai Nailul akan semakin mungkin untuk melakukan PHK massal karena mereka masih bergantung kepada pendanaan dari perusahaan ventura untuk keberlangsungan perusahaan.
- KPPU Endus Dugaan Kartel di Minyak Goreng, Anak Usaha Indofood hingga Musim Mas Dipanggil
- Emiten Milik Grup Djarum (TOWR) Tebar Dividen, Segini yang Didapat Orang Terkaya se-Indonesia Hartono Bersaudara
- 4 Pabrik Gula PTPN X Mulai Beroperasi, Hasilkan Gula Hingga Puluhan Ribu Ton
Seperti diketahui, badai PHK start up tidak hanya terjadi di Indonesia. Fenomena ini bahkan lebih dulu terjadi di Silicon Valley, Amerika Serikat.
Perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley menyebut bahwa saat ini adalah masa-masa "zombie unicorn", yakni istilah yang merujuk kepada perusahaan start up bernilai tinggi tetapi goyah dan masih membutuhkan investor untuk keberlangsungan bisnis.
Perusahaan Silicon Valley yang melakukan PHK sebagai dampak surutnya pendanaan di antaranya start up olahraga Peloton yang mem-PHK ribuan karyawannya pada Februari 2022.
Kemudian, start up video Cameo pun dilaporkan telah mem-PHK 87 orang atau sekitar 25% dari total karyawannya pada akhir Mei 2022. Platform investasi saham dan kripto Robinhood juga telah memberhentikan 9% dari total karyawan tetapnya.