<p>Gedung Bank Mandiri / Facebook @bankmandiri</p>
Industri

Pendapatan Bank Mandiri Q3-2020 Tembus Rp54,7 Triliun

  • Tekanan pada laba bersih terjadi lantaran pendapatan bunga yang turun tipis 2,99% dari Rp56,4 triliun per September 2019 menjadi Rp54,7 triliun per September 2020.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau Bank Mandiri mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp12,9 triliun per kuartal III-2020. Laba tersebut merosot 31,7% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan Rp18,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Tekanan pada laba bersih terjadi lantaran pendapatan bunga yang turun tipis 2,99% dari Rp56,4 triliun per September 2019 menjadi Rp54,7 triliun per September 2020.

Hal ini juga terjadi di sisi aset yang bertambah sebesar 9,8% yoy menjadi Rp1.205,6 triliun. Pada kuartal III tahun lalu, aset perseroan sebesar Rp1.097,6 triliun.

Kenaikan tersebut didukung oleh penyaluran kredit yang juga tumbuh 3,1% yoy dari Rp728,1 triliun per September 2019, menjadi Rp751,1 triliun per September 2020.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi merinci, penyaluran kredit modal kerja sebesar Rp314,82 triliun dan kredit investasi sebesar Rp301,55 triliun.

Sementara itu, kredit di segmen wholesale masih menjadi motor pembiayaan perseroan dengan komposisi sebesar 65,3% atau Rp492,63 triliun. Kemudian pembiayaan ke sektor usaha mikro tercatat tumbuh sebesar 13,03% yoy menjadi Rp49,07 triliun.

Saat ini, lanjutnya, salah satu fokus penyaluran kredit perseroan adalah membantu para pelaku usaha terdampak pandemi, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar usahanya dapat kembali bangkit.

“Kami berharap inisiatif ini ikut mengembalikan optimisme dan memulihkan denyut nadi perekonomian Indonesia,” ungkapnya.

Penyaluran Dana PEN

Selain itu, penyaluran kredit dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Bank Mandiri hingga 30 September 2020 mencapai Rp42,6 triliun. Kredit tersebut diberikan kepada 132.979 debitur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 132.939 debitur atau 99% di antaranya merupakan pelaku UMKM.  

Sedangkan restrukturisasi kredit telah diberikan kepada 406.434 debitur UMKM dengan nilai outstanding mencapai Rp47,7 triliun.

Sementara itu, berdasarkan dokumen paparan kinerja kuartal III-2020, Bank Mandiri mencatatkan pendapatan bunga bersih konsolidasi (net interest income/NII) mencapai Rp42,16 triliun, turun 4,1% dari periode yang sama tahun lalu Rp43,94 triliun.

Total margin bunga bersih (net interest margin/NIM) mencapai 4,68% atau turun 90 basis poin bps) dari sebelumnya 5,58%. Pendapatan non bunga (non interest income) juga turun tipis 0,3% menjadi Rp19,59 triliun dari sebelumnya Rp19,64 triliun.

Adapun pendapatan operasional turun 3,1% mencapai Rp62,98 triliun dari Rp 64,97 triliun. Sementara itu, beban provisi mencapai Rp15,69 triliun naik 52,8% dari sebelumnya Rp10,27 triliun.

Total restrukturisasi yang disetujui Bank Mandiri per 30 September mencapai Rp116,4 triliun dari pipeline Rp127,7 triliun. Jumlah tersebut 15,5% dari total kredit bank yang tergabung dalam Himpunan bank-bank milik negara (Himbara) tersebut.

Dari jumlah tersebut, restrukturisasi nasabah ritel mencapai Rp57,6 triliun didominasi mikro (KUM & KUR) sebesar Rp20,5 triliun dan untuk nasabah wholesale mencapai Rp58,8 triliun.

Saat yang sama, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross Bank Mandiri naik menjadi 3,3% dari sebelumnya 2,5% (naik 80 basis poin).

Sepanjang 9 bulan tahun ini, penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp873,73 triliun atau turun 3,7% ytd dan tumbuh 3,8% yoy. Pada September 2019, kredit konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp841,86 triliun.

Total aset naik sejak awal tahun 6,7% menjadi Rp1.406,66 triliun dari Desember 2019 yakni Rp 1.318,25 triliun.

Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) naik menjadi Rp1.024,18 triliun dari September 2019 yakni Rp891,24 triliun. Pertumbuhan DPK paling besar yakni current account (giro) mencapai 33,1%.

Per September 2020, rasio coverage CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) konsolidasi berada di kisaran 205,15%. “Sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit akibat pandemi COVID-19,” kata dia. (SKO)