<p>Perusahaan tambang BUMN PT Timah Tbk. menderita rugi bersih pada 2019. / Timah.com</p>
Industri

Pendapatan BUMN Timah Ambles 18,5%, Buyback Saham Batal Lagi

  • Pendapatan TINS anjlok 18,5% menjadi Rp7,98 triliun atau turun dari periode yang sama di tahun 2019 sebesar Rp9,79 triliun.

Industri

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Emiten tambang pelat merah PT Timah Tbk (TINS) kembali membatalkan rencana pembelian kembali (buyback) sahamnya. Hal itu disampaikan Direktur Keuangan TINS Wibisono dalam paparan publik secara virtual di Jakarta, Jumat 28 Agustus 2020.

Wibisono menyatakan PT Timah mengalami perbaikan kinerja pada periode tahun 2019. Hal ini membuat harga saham perusahaan naik di ke level Rp300 per lembar.

Pada kegiatan public expose itu turut dipaparkan kinerja keuangan perusahaan pada paruh pertama tahun ini yang menunjukkan tren negatif. Pendapatan TINS anjlok 18,5% menjadi Rp7,98 triliun atau turun dari periode yang sama di tahun 2019 sebesar Rp9,79 triliun. Harga pokok produksi Timah juga turun sebesar 13,5% dari Rp8,93 triliun menjadi Rp7,73 triliun.

Kendati begitu, terjadi perbaikan pada Gross Profit Margin (GPM) TINS dari kuartal pertama ke kuartal kedua tahun 2020 yang bertumbuh dari minus 4% menjadi positif 3,1%.  Pada kuartal II, TINS mencatatkan laba kotor sebesar Rp249,94miliar atau bertumbuh signifikan dari kuartal sebelumnya yang mengalami kerugian hingga Rp173,6 miliar.

Pada kuartal kedua perusahaan juga masih mengalami kerugian sebesar Rp390 miliar. Meskipun begitu, nilai ini lebih baik dibandingkan kuartal pertama yang mencatatkan rugi bersih hingga Rp412,86 miliar.

Pada semester I-2020 cashflow TINS terkerek menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang minus Rp3,33 triliun. Sedangkan, posisi utang bank jangka pendek berhasil diturunkan hingga 37% menjadi Rp5,56 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp8,79 triliun.

Kinerja Operasi

Pada semester pertama tahun 2020 TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton atau turun 47,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 47.423 ton. Adapun produksi logam turun 26,2% menjadi 27.833 ton dibandingkan dengan tahun 2019 hanya 37.717 ton.

Di sisi lain penjualan logam turun 0,3% menjadi 31.508 ton atau turun tipis dibandingkan dengan tahun lalu yang berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 31.609 ton.

Dalam kurun waktu tersebut TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3% dengan lima negara tujuan ekspor terbesar di antaranya Singapura sebesar 17,9%, Korea Selatan 16,2%, China 14,8%, Amerika Serikat 11,2%, dan India 11,2%. Total kontribusi ekspor timah ke negara-negara tersebut mencapai 71,3%. (SKO)