Pendapatan Gucci Diprediksi Anjlok hingga 45 Persen
- Dalam laporan keuangannya pada hari Selasa, 23 April 2024 perusahaan tersebut mengingatkan bahwa pendapatan operasionalnya diprediksi akan turun hingga 45% untuk paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Dunia
JAKARTA - Kering, sebuah perusahaan ritel mewah yang memiliki merek terkenal seperti Gucci dan Yves Saint Laurent, sedang menghadapi tantangan besar pada awal tahun ini karena penurunan aktivitas belanja di Asia.
Dalam laporan keuangannya pada hari Selasa, 23 April 2024 perusahaan tersebut mengingatkan bahwa pendapatan operasionalnya diprediksi akan turun hingga 45% untuk paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Dilansir TrenAsia.com dari Business Insider, harga saham Kering bahkan turun lebih dari 8% pada hari Rabu pagi. Gucci, yang merupakan merek terbesar di bawah naungan Kering, mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada kuartal pertama, terutama jika dibandingkan dengan YSL dan merek lainnya.
Pendapatan Gucci turun sebanyak 18% secara komparatif, menjadi €2 miliar, atau sekitar $2,2 miliar, dalam tiga bulan pertama tahun ini.
- Wamen Pertahanan Rusia Ditahan atas Dugaan Suap Besar
- MPX Logistics (MPXL) Tebar Dividen Tahun Buku 2023, Nilainya Segini
- Menkes: Syarat RI Jadi Negara Maju Gaji Minimal Rp15 Juta per Bulan
Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Ada Orang yang Suka Membeli Barang Mewah, Anda Termasuk?
Secara keseluruhan, pendapatan Kering turun sebesar 10% pada kuartal pertama, menjadi €4,5 miliar.
"Kami merasa sulit pada saat ini untuk memprediksi bagaimana proses pemulihan akan berjalan," tulis analis Barclays, Carol Madjo, dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Financial Times.
Gucci melaporkan "penurunan signifikan" dalam penjualannya di Asia pada kuartal pertama, seperti yang diungkapkan dalam rilis pendapatannya pada hari Selasa. Merek tersebut, yang memiliki lebih dari dua puluh toko di China, baru-baru ini membuka toko flagships baru di Shanghai pada tahun lalu.
Gucci juga sedang mengalami perubahan besar-besaran dengan kedatangan desainer Sabato de Sarno sebagai direktur kreatif pada tahun sebelumnya setelah bekerja selama 14 tahun di Valentino. Produk-produk desainannya kini mulai tersedia di berbagai toko.
Meskipun telah memperkenalkan produk-produk baru, Gucci tetap berjuang di pasar yang menantang di China. Pasar properti dan pasar saham sedang mengalami penurunan, sementara investor asing banyak yang menarik dananya.
Pembeli China sebelumnya berkontribusi sebanyak 33% terhadap belanja barang mewah sebelum pandemi, namun saat ini hanya menyumbang sekitar 23%, menurut seorang analis Bloomberg minggu lalu.
Kering terpengaruh lebih keras oleh penurunan penjualan dibandingkan dengan merek-merek barang mewah lain yang juga diperdagangkan secara publik. Laporan keuangan yang dirilis pada hari Selasa menyoroti tantangan yang dihadapi oleh bisnis-bisnis Barat yang memiliki unit bisnis yang signifikan di China dalam situasi saat ini.
LVMH, perusahaan yang memiliki sejumlah merek terkenal dan kurang bergantung pada belanja di China, mengungkapkan dalam laporan keuangannya minggu lalu bahwa mereka melihat "pertumbuhan kuat dalam belanja oleh pelanggan China di Eropa dan Jepang" pada kuartal pertama. Beberapa pembeli China yang berkecukupan bahkan pergi ke Jepang untuk memanfaatkan nilai tukar mata uang yang lebih menguntungkan.