<p>KRL melintas di peron Stasiun Kebayoran, Jakarta.  Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Pendapatan KAI Rontok Hingga Rp24,2 Miliar per Hari

  • Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku pendaptan harian mereka anjlok hingga Rp24,2 miliar selama wabah COVID-19. Opsi kenaikan tarif pun dipertimbangkan. Direktur Utama KAI Didiek Hartanto dalam konferensi pers virtual Jumat 22 Mei2020 mengatakan pendapatan PT KAI anjlok dari Rp20-25 miliar per hari menjadi Rp800 juta per hari. “Untuk pendapatan dari penumpang itu […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku pendaptan harian mereka anjlok hingga Rp24,2 miliar selama wabah COVID-19. Opsi kenaikan tarif pun dipertimbangkan.

Direktur Utama KAI Didiek Hartanto dalam konferensi pers virtual Jumat 22 Mei2020 mengatakan pendapatan PT KAI anjlok dari Rp20-25 miliar per hari menjadi Rp800 juta per hari. “Untuk pendapatan dari penumpang itu rata-rata harian Rp20-25 miliar dalam satu hari. Dalam masa COVID-19 ini, pendapatan harian hanya sekitar Rp800 jutaan,” katanya.

.Dia menambahkan selama Januari 2020 total pendapatan dari penumpang Rp39 miliar dan pada April 2020 sebesar Rp32 miliar.

Merosotnya arus kas yang terjadi pada KAI juga dipengaruhi oleh pembatasan kapasitas penumpang kereta baik jarak jauh maupun Kereta Rel Listrik (KRL).

Pasalnya, lanjut dia, kapasitas kereta api jarak jauh hanya diperbolehkan maksimal 50 persen dan KRL 35 persen dari kapasitas semestinya dalam rangka mengikuti Peraturan Menteri No.25/ 2020 tentang tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idulfitri 1441 Hijriah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19  serta Surat Edaran Gugus Tugas No.4 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.

Didik juga telah menyiapkan skenario terburuk serta asumsi kinerja apabila COVID-19 bertahan hingga Agustus 2020 dan Desember 2020 mengingat sumber pendapatan dari penumpang tergerus hingga 90-93 persen.

“Terjadi gap terhadap cash biaya turun tidak secara proporsional karena terjadi operational cash flow defisiensi yang terjadi mulai bulan Maret. Kami menyiapkan dana-dana kepada perbankan dalam modal yang cukup. Tapi secara likuiditas masih aman, terjaga dengan baik,” katanya.

Pihaknya juga melakukan efisiensi biaya untuk perawatan kereta yang akhirnya dipangkas atau pembayarannya ditunda.

“Efisiensi biaya kami lakukan pemotongan terhadap biaya-biaya yang bisa dipotong atau ditunda pembayarannya, seperti perawatan kereta kita bicara sama vendor,” katanya.

Namun, lanjut dia, kereta yang ditunda perawatannya adalah untuk kereta-kereta yang tidak beroperasi, sehingga aspek keselamatan masih tetap terjamin.

“Pada saat beroperasi nanti standar perawatan sarana total mengacu pada SOP agar selamat, aman, nyaman, sehat sampai tujuan. Keselamatan faktor yang utama,” katanya.

Kenaikan tarif

PT KAI tengah mengkaji kenaikan tarif perjalanan kereta api jarak jauh sebagai langkah untuk menyiasati okupansi yang berkurang 50 persen.

 “Okupansi kita hanya 50 persen, maka otomatis kami akan berkomunikasi kemungkinan penaikan tarif,” kata Didiek Hartanto dilaporkan Antara.

Namun ia menambahkan usulan itu masih dalam tahap pengkajian hingga menunggu keputusan pemerintah terkait perkembangan pandemi COVID-19.

Rencana tersebut juga sebagai penyesuaian dalam kondisi normal baru atau new normal di mana ketentuan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) masih tetap akan berlaku.