<p>Emiten pemurnian gas PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) / Sep.co.id</p>
Korporasi

Pendapatan Melonjak Drastis, Surya Esa Perkasa Pangkas Utang hingga 43 Persen

  • Presiden Direktur ESSA Chander Vinod Laroya mengatakan, pemasukan kepada kas yang tinggi pada 2022 dijadikan kesempatan oleh perseroan untuk mengurangi jumlah utang.

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mrmangkas utang hingga 43% seiring dengan pemerolehan pendapatan perseroan yang melonjak drastis pada 2022. 

Pada tahun 2022, ESSA yang bergerak di sektor energi turut terciprat efek "durian runtuh" dari harga komoditas yang merangkak naik seiring dengan situasi geopolitik yang memanas. 

Presiden Direktur ESSA Chander Vinod Laroya mengatakan, pemasukan kepada kas yang tinggi pada 2022 dijadikan kesempatan oleh perseroan untuk mengurangi jumlah utang. 

"ESSA telah memanfaatkan kas yang lebih tinggi yang dihasilkan untuk pengurangan jumlah utang yang mengarah ke neraca yang lebih kuat," ujar Chander dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 20 Februari 2023. 

Dengan arus pendapatan yang melonjak, ESSA memangkas utang hingga 43% dari US$487 juta (Rp7,37 triliun dalam asumsj kurs 15.150 per-dolar Amerika Serikat/AS) di 2021 menjadi US$278 juta (Rp4,2 triliun) pada 2022. 

Selain mengurangi pemangkasan utang, ESSA juga dikatakan Chander akan membagikan dividen untuk pertama kalinya sejak perseroan melantai di bursa. 

Untuk diketahui, Surya Esa Perkasa mencapai pendapatan tertinggi sepanjang masa dan mendorong lonjakan laba bersih hingga 894% pada 2022.  

Dikutip dari laporan keuangan perseroan, ESSA membukukan pendapaan sebesar US$731 juta (Rp11,07 triliun). 

Angka tersebut bertumbuh 141% secara year-on-year (yoy), yang mana pada 2021, ESSA meraup pendapatan sebesar US$303 juta (Rp4,6 triliun).  

Dengan peraihan pendapatan yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah perseroan, laba bersih ESSA pun meroket dari US$14 juta (Rp212,1 miliar) ke US$139 juta (Rp2,1 triliun).  

Sementara itu, aset ESSA mengalami kenaikan 2,7% dari US$809,29 juta (Rp12,26 triliun) pada 2021 menjadi US$831,29 juta (Rp12,6 triliun) pada 2022.  

Kenaikan aset pada perseroan terjadi seiring dengan liabilitas yang berkurang 39% yoy dari US$508,51 juta (Rp7,7 triliun) menjadi US$305,93 juta (Rp4,6 triliun).