<p>Minuman beralkohol bir Anker milik PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) / Deltajkt.co.id</p>
Korporasi

Pendapatan Naik Separuh Jadi Rp310 Miliar, Produsen Bir Delta Djakarta Terapkan Strategi Ini

  • Perseroan masih meraup laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp94 miliar
Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Produsen bir Anker, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) berhasil meningkatkan pendapatan menjadi Rp310 miliar pada semester I-2021. Jumlah tersebut naik 52% year-on-year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp203 miliar.

Namun, sayangnya pendapatan itu tak diikuti dengan penurunan beban pokok pendapatan. Pos ini malah membengkak menjadi minus Rp94 miliar, dari sebelumnya Rp68 miliar per semester I tahun lalu.

Kendati demikian, perseroan masih meraup laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp94 miliar. Jumlah ini meningkat hingga 176% yoy dibandingkan dengan semester I-2020 yang sebesar Rp34 miliar.

Adapun total liabilitas tercatat sebesar Rp262 miliar, lebih tinggi ketimbang akhir tahun lalu yang sebesar Rp205 miliar. Begitu pun dengan total ekuitas yang meningkat dari Rp1,01 triliun per Desember 2020 menjadi Rp1,11 triliun per Juni 2021.

DTLA membukukan kas dan setara kas sebesar Rp858 miliar pada paruh pertama tahun ini. Jumlah ini naik 23% yoy dibandingkan dengan akhir 2020 sebesar Rp697 miliar.

Adapun total aset perseroan juga naik menjadi Rp1,37 triliun, dari sebelumnya Rp1,22 triliun per Desember 2020.

Strategi Bisnis

Sebelumnya, manajemen DLTA mengungkapkan telah menerapkan sejumlah strategi. Berbagai peluang dimanfaatkan, salah satunya lewat kerja sama dengan platform e-groceries Happy Fresh.

“Kami juga mendirikan toko resmi PT Delta di Blibli dan Shopee, serta melakukan kampanye pengiriman online,” ungkap manajemen dalam keterangan resmi.

Untuk menjangkau konsumen selama pandemi, perseroan terus aktif menjangkau media sosial serta program pemasaran dan kesadaran merek di Facebook dan Instagram.

Dari segi bisnis, DLTA melakukan pengendalian biaya produksi dan meningkatkan efektifitas operasional untuk menjaga profitabilitas.

Pada tahun lalu, produsen miras ini meluncurkan perubahan kemasan kaleng, dari 330 mL menjadi 320 mL untuk menyelaraskan persaingan.

Kemudian, perseroan juga memanfaatkan teknologi informasi dengan menerapkan Sistem Informasi Distributor (DIS) yang memungkinkan untuk mengelola aktivitas distribusi dan informasi penjualan.

“Kami juga menegosiasikan harga kontrak yang lebih rendah untuk beberapa material utama, serta menunda belanja modal nonesensial,” tambahnya.

Menariknya, meskipun perseroan mengambil langkah-langkah efisiensi biaya di bidang lain, DLTA tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

“Tidak ada satu pun karyawan yang diberhentikan. Dengan demikian, kami turut berkontribusi terhadap upaya pemerintah dalam menekan angka pengangguran selama pandemi,” ungkap manajemen.