Pendapatan Sektor Ritel Terancam Tergerus Hingga Rp200 Triliun Sepanjang 2020
JAKARTA – Kondisi sulit akibat pandemi COVID-19 membuat penjualan sektor ritel sepanjang 2020 terancam merosot hingga 50% (year on year/yoy). Hal ini berpotensi akan menghilangkan pendapatan sektor ritel hingga ratusan triliun. Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan pendapatan ritel pada 2019 mencapai Rp450 triliun hingga Rp500 triliun. Dengan kondisi saat […]
Industri
JAKARTA – Kondisi sulit akibat pandemi COVID-19 membuat penjualan sektor ritel sepanjang 2020 terancam merosot hingga 50% (year on year/yoy). Hal ini berpotensi akan menghilangkan pendapatan sektor ritel hingga ratusan triliun.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan pendapatan ritel pada 2019 mencapai Rp450 triliun hingga Rp500 triliun. Dengan kondisi saat ini, pendapatan sektor ritel tahun 2020 bisa tergerus hingga Rp200 triliun.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Di tahun ini kami belum punya gambaran. Tapi, dengan kondisi 50% drop, kami bisa kehilangan Rp200 triliun. Kehilangan uang berputar sebesar itu,” kata Budihardjo di Jakarta, Kamis, 8 Oktober 2020.
Budihardjo mengaku kinerja sektor ritel sempat bergerak positif setelah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan pada Juli hingga Agustus 2020. Namun, mulai September 2020 sampai awal Oktober 2020 kinerja peritel kembali melemah.
Oleh karena itu, untuk mendongkrak kinerja sektor ini pemerintah diharapkan dapat mempercepat pemberian stimulus. Misalnya, peningkatan daya beli masyarakat, subsidi gaji untuk pedagang eceran, subsidi pajak, atau bantuan alat protokol kesehatan bagi peritel kecil.
“Pemerintah bisa memberikan bantuan kepada yang belum melakukan protokol kesehatan, seperti pedagang kecil, UMKM, dan warung. Mungkin mereka tidak bisa lagi mengeluarkan biaya untuk membeli antiseptik, masker, dan termometer,” ujarnya.
Menurut dia, pemulihan kesehatan merupakan kunci dan fokus utama saat ini. Sebab, perekonomian dapat bergerak maju jika masalah kesehatan saat ini bisa teratasi dengan baik.