<p>Image Source : Cnn.com</p>
Dunia

Pendapatan Terus Turun karena Sanksi AS, Huawei Ogah Jual Entitas Bisnis

  • Raksasa telekomunikasi China Huawei Technologies melaporkan penurunan pendapatan terbesarnya pada semester pertama tahun 2021 sebesar 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dunia

Daniel Deha

JAKARTA - Raksasa telekomunikasi China Huawei Technologies terus mengalami penurunan pendapatannya. Perusahaan melaporkan penurunan pendapatan sebesar 29%  pada semester I-2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, perusahaan ogah menjual entitas bisnis ke pihak lain.

Huawei adalah pemasok peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia dan pernah menjadi produsen smartphone tiga besar bersama dengan Apple dan Samsung.

Mengutip Reuters, untuk paruh pertama tahun ini pendapatan keseluruhan Huawei hanya mencapai 320,4 miliar Yuan atau US$49,6 miliar setara Rp716,4 triliun.

Perusahaan yang berbasis di Shenzhen, China ini menyebut, secara kuartal ke kuartal (qtq) pendapatan Huawei juga anjlok 38%.

Divisi produk konsumen Huawei, yang mencakup smartphone, mencapai penjualan semester pertama sebesar 135,7 miliar Yuan, turun 47 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, pendapatan untuk segmen bisnis jaringan pada paruh pertama 2021 adalah US$136,9 miliar. Angka ini turun 14,2 persen secara year on year (yoy) menyusul perlambatan peluncuran 5G di China.

Kendati demikian, perusahaan yang mengkampanyekan penggunaan jaringan 5G ini mencatat laba bersih sebesar 9,8%, naik tipis dari periode yang sama tahun lalu.

Seorang juru bicara perusahaan mengatakan penurunan itu sebagian karena hilangnya Honor, yang dijual oleh Huawei akhir tahun lalu untuk membantu mempertahankan akses ke komponen dan bertahan hidup.

Kerja keras Huawei telah memaksanya untuk dengan cepat berporos ke lini bisnis baru termasuk komputasi perusahaan, teknologi kendaraan cerdas, dan perangkat lunak.

Dalam pernyataan yang bersamaan, Chairman Huawei Eric Xu mengatakan "tujuan kami adalah untuk bertahan hidup".

"Ini adalah masa-masa yang penuh tantangan, dan semua karyawan kami telah maju dengan tekad dan kekuatan yang luar biasa," katanya.

Selain masalah Honor, sanksi Amerika Serikat mendorong perusahaan menjual sebagian dari bisnis handset yang dulu dominan.

Pada 2019, Presiden AS Donald Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam ekspor dan melarangnya mengakses teknologi yang berasal dari AS seperti Google.

Larangan itu mempengaruhi kemampuan Huawei untuk merancang chip sendiri dan komponen sumber dari vendor luar. Sanksi itu pun memukul bisnis handset Huawei.

Sementara, merek tersebut keluar dari lima vendor teratas di China untuk pertama kalinya dalam lebih dari tujuh tahun pada kuartal kedua tahun ini.

Perlengkapan jaringannya juga telah dihapus atau ditunda berturut-turut di negara-negara Barat karena masalah keamanan nasional.

Huawei secara luas diperkirakan akan mencoba untuk beralih ke perangkat lunak dan area bisnis yang tidak berisiko terhadap tekanan AS di masa mendatang.

Salah satunya, perusahaan mulai meluncurkan sistem operasi Harmony pada bulan Juni lalu, yang berarti tidak lagi sepenuhnya bergantung pada platform Android Google milik AS.

Di masa pemerintah Joe Biden, AS terlihat terus menekan Huawei, demikian laporan pelacak perusahaan.

Seorang juru bicara perusahaan mengatakan Huawei tidak memiliki rencana untuk PHK atau penjualan perusahaan ke pihak lain meski menderita di bawah tekanan AS.*