Gedung PT Waskita Beton Precast Tbk.
Nasional

Pendapatan Tumbuh, Kerugian Waskita Beton (WSBP) Justru Membengkak 1.531 Persen

  • Anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp276,81 miliar pada kuartal I-2022. Angka ini hingga membengkak 1.531% dari Rp17,54 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Nasional

Liza Zahara

JAKARTA - Anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp276,81 miliar pada kuartal I-2022. Angka ini hingga membengkak 1.531% dari Rp17,54 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Membesarnya kerugian perseroan justru terjadi saat posisi topline bertumbuh. Hingga Maret 2022,  pendapatan usaha WSBP melonjak 44,51% menjadi Rp290,42 miliar dari Rp200,96 miliar pada triwulan pertama 2022.

Dikutip dari laporan keuangan yang dirilis melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 2 Juni 2022, kenaikan pada pendapatan usaha perseroan salah satunya disokong berdasarkan produk. Pendapatan jasa konstruksi meroket hingga 4.369% dari Rp1,91 miliar menjadi Rp85,57 miliar pada kuartal I-2022.

Kemudian disusul oleh readymix dan quarry yang juga mengalami kenaikan menjadi Rp78,37 miliar dari sebelumnya Rp63,81 miliar. Sedangkan precast mengalami penurunan dari Rp135,23 miliar menjadi Rp126,47 miliar per Maret 2022.

Selanjutnya, beban pokok pendapatan perseroan juga ikut membengkak menjadi Rp245,53 miliar pada tiga bulan di awal 2022 dibandingkan dengan Rp154,99 miliar pada Maret 2021.

Dari sisi neraca, total liabilitas perseroan naik menjadi Rp9,85 triliun pada Maret 2022 dari sebelumnya Rp9,66 triliun per Desember 2021.

Kenaikan liabilitas tersebut disebabkan salah satunya utang usaha kepada pihak berelasi dan pihak ketiga masing-masing Rp54,39 miliar dan Rp3,02 triliun.

Sejumlah catatan tersebut membuat kondisi kekurangan modal yang dialami perseroan kian parah. Pada akhir Maret 2022, pos ekuitas WSBP menjadi minus Rp3,06 triliun dari Rp2,78 triliun pada tiga bulan pertama tahun lalu. 

Kondisi ini juga disebut sebagai defisiensi modal alias ekuitas negatif, di mana perseroan memiliki utang yang lebih besar dari aset. Emiten dengan ekuitas negatif sudah dekat dengan kebangkrutan.