<p>Pengerjaan produk beton milik PT Wijaya Karya Beton Tbk. / wika-beton.co.id</p>
Korporasi

Pendapatan Wika Beton (WTON) Naik Tapi Laba Bersih Turun 65 Persen, Ini Penyebabnya

  • Pada tiga bulan pertama tahun ini, WTON membukukan laba bersih Rp6,14 miliar, menyusut dari Rp18,01 miliar yang diraup pada kuartal I-2022.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - PT Wijaya Karya Beton Tbk (Wika Beton/WTON) mencatat penurunan laba bersih sebesar 65% secara year-on-year (yoy) pada kuartal I-2023 walaupun pendapatan usaha mengalami kenaikan.

Pada tiga bulan pertama tahun ini, WTON membukukan laba bersih Rp6,14 miliar, menyusut dari Rp18,01 miliar yang diraup pada kuartal I-2022.

Pendapatan usaha WTON pada kuartal I-2023 mengalami kenaikan 18% yoy ke angka Rp916,99 miliar dari Rp773,19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Susutnya laba bersih walaupun pendapatan mengalami kenaikan di antaranya disebabkan oleh beban pokok pendapatan yang membengkak 32% yoy dari Rp696,4 miliar menjadi Rp861,42 miliar.

Kemudian, beban umum dan administrasi naik 12,7% yoy dari Rp24,85 miliar menjadi Rp28,03 miliar sementara beban usaha naik 11% yoy dari Rp25,97 miliar menjadi Rp28,84 miliar. Selain itu, beban nilai instrumen keuangan pun naik 66% yoy dari Rp2,67 miliar menjadi Rp4,44 miliar.

Pada kuartal I-2023, WTON tidak memperoleh laba atas entitas asosiasi setelah pada periode yang sama di tahun sebelumnya perseroan membukukan Rp467,77 juta dari segmen ini.

Selanjutnya, setelah membukukan laba selisih kurs Rp17,17 juta pada kuartal I-2022, pada tiga bulan pertama tahun ini perseroan mencatat rugi selisih kurs senilai Rp365,12 juta.

Penurunan laba bersih WTON pada kuartal I-2023 terjadi seiring dengan turunnya aset perseroan sebesar 10,6% yoy dari Rp9,44 triliun menjadi Rp8,44 triliun.

Sementara itu, liabilitas perseroan mengalami penurunan 17,2% yoy dari Rp5,8 triliun ke Rp4,8 triliun sehingga ekuitas WTON pada kuartal I-2023 tercatat sebesar Rp3,64 triliun, naik tipis 0,27% yoy dari Rp3,63 triliun.