<p>Salah satu konglomerat terkaya Asia, pemilik Alibaba, Jack Ma/financeblvd.com</p>
Tekno

Pendiri Start Up Teknologi China Ramai-Ramai Mundur dari Jabatannya, Ada Apa?

  • BEIJING - Sejumlah pendiri Startup yang sebelumnya menjabat sebagai CEO di sejumlah perusahaan teknologi Cina satu persatu memilih mengundurkan diri dari jabata
Tekno
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

BEIJING - Sejumlah pendiri Start up yang sebelumnya menjabat sebagai CEO di sejumlah perusahaan teknologi China satu persatu memilih mengundurkan diri dari jabatannya dalam satu tahun belakangan.

Tak sekedar mundur, para pioner startup yang kini sudah menjadi perusahaan ternama bahkan memilih untuk tak menampakkan diri di depan publik.

Salah satunya Jack Ma, pendiri e-Commerce Alibaba yang pernah didapuk sebagai orang terkaya se Asia-ini memilih mundur sebagai CEO pada September 2019 lalu.

Setelah mundur sebagai CEO, Jack Ma mulai jarang menampakkan diri di depan publik semenjak rencana IPO anak perusahaan Alibaba, Ant Group mengalami masalah dengan pemerintah China. Semenjak itu, kemunculan Jack Ma di depan publik mulai bisa dihitung dengan jari.

Keputusan Jack Ma untuk mundur dari Jabatan CEO di perusahaan yang telah dirintisnya sendiri tampaknya diikuti oleh tokoh China lainnya.

Mengutip dari Bussines Insider pada 5 November 2021, Zhang Yiming, pendiri Bytedance sekaligus induk dari perusahaan sosial media TikTok memutuskan untuk mundur dari perusahaannya.

Keputusan Yiming untuk mundur dari Bytedance  diumumkan pada Mei lalu. Hal in dibarengi dengan performa TikTok yang saat ini tengah naik daun. Setelah memutuskan untuk mundur, Yiming tak lagi muncul di depan publik.

Selain Yiming dan Jack Ma, Colin Huang, mantan CEO dan founder raksasa e-commerce China Pinduoduo mundur dari jabatannya pada awal tahun ini.

Co-founder Kuaishou Technology, Su Hua juga dilaporkan mengundurkan diri sebagai CEO, dengan. Semenjak mundurnya Suha sebagai CEO, perannya digantikan oleh koleganya sesama co-founder, Cheng Yiziao.

Hal serupa juga dilakukan oleh pendiri JD.com, Richard Liu. Pada September lalu, Richard memilih mundur dari jabatannya sebagai CEO dan digantikan oleh kolega lainnya.

Lantas apa alasan para founder startup ini memilih mundur sedangkan kinerja perusahaan saat ini bisa dibilang masih baik-baik saja?

Masih mengutip dari Bussines Insider, mundurnya pada founder startup teknologi ini dari perusahaannya tak lepas dari undang-undang antimonopoli yang ditetapkan oleh pemerintah China.

Seperti yang diketahui sebelumnya, Pemerintah China sangat ketat dalam mengatur pemerataan ekonomi para warganya. Namun, hal tersebut baru berlaku untuk sejumlah sektor tradisional.

Ekonomi Internet pada awal lahirnya startup bernilai miliaran dollar ini sebagian tidak diatur oleh China.

Alhasil, perusahaan tersebut bisa bebas tumbuh tanpa batas aturan yang ditetapkan oleh pemerintah China seperti yang ditetapkan pada sektor tradisional.Dari fenomena tersebut pula lahir para miliarder baru di China termasuk Jack Ma.

Namun pada November 2020 lalu, pemerintah China menetapkan undang-undang antimonopoli yang ditujukan untuk para raksasa teknologi seperti Alibaba.

Mengacu pada undang-undang tersebut, Pemerintah China telah menjerat sejumlah perusahaan yang diduga melakukan praktik monopoli bisnis di negeri Tirai Bambu tersebut.

Pada Awal tahun 2021 lalu, pemerintah China mengenakan denda sebesar US$2,8 miliar atau setara Rp40,1 triliun (Asumsi kurs Rp14.400 per dollar AS) pada Alibaba.

Denda tersebut dikenakan lantaran adanya kekhawatiran pada perusahaan yang menyalahgunakan posisi pasar dominannya.

Pada Maret, giliran Tencent didenda US$77.000 atau sekitar Rp 1,1 miliar (asumsi kurs Rp 14.391 per dolar AS) oleh pemerintah China untuk investasi di aplikasi pendidikan online Yuanfudao pada 2018.

Hal serupa dialami oleh baidu. Baidu dikenakan denda sebesar US$77.000 lantaran keputusannya mengambil alih Ainemo Inc, produsen speaker  pada 2014 dinilai mengganggu persaingan usaha.

Bytedance yang sedang naik daun baru baru ini memang sedang tidak dalam penyelidikan resmi. Namun bisa saja para regulator China saat ini tengah memasang mata pada pemilik TikTok ini.

Pasalnya, Menurut laporan Bloomberg, saat ini Bytedance tengah berusaha untuk beralih dari layanan online dan menuju perangkat lunak perusahaan.

Selain itu, Bytedance juga baru-baru ini mengatakan bahwa pihaknya sedang menata ulang menjadi enam unit bisnis yang berbeda.