<p>Transjakarta buses run on a dedicated line separated from traffic at Pemuda Pramuka bus stop on Jalan Ahmad Yani, East Jakarta.</p>
Industri

Peneliti: Integrasi dengan Transportasi Online Bisa Genjot Penumpang Transjakarta

  • Masyarakat perlu didorong menggunakan transportasi publik untuk mengurangi tingkat kemacetan di ibu kota yang semakin parah.
Industri
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA--Aktivitas masyarakat yang telah kembali normal membuat tingkat kemacetan di berbagai wilayah, utamanya ibu kota Jakarta, kembali tidak terelakan. Hal itu tidak lepas dari banyaknya warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi.

Karena itu, masyarakat perlu didorong menggunakan transportasi publik untuk mengurangi tingkat kemacetan di ibu kota yang semakin parah. Transportasi publik harus meningkatkan layanan agar memudahkan masyarakat dalam mengaksesnya.

Peneliti Pusat Kajian Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Muhammad Zudhy Irawan mengatakan, kemacetan di DKI Jakarta memang sulit dihindari. Oleh karananya perlu langkah serius dalam mengurangi tingkat kemacetan tersebut.

Salah satunya dengan mendorong perusahaan-perusahaan transportasi di DKI Jakarta meningkatkan layanan agar publik mau menggunakan transportasi umum. Salah satunya TransJakarta. Apalagi perusahaan BUMD bidang transportasi tersebut berencana meningkatkan kapasitas penumpangnya menjadi 1,5 juta orang per hari pada 2024 dengan menambah armada hingga 6.960 unit. Saat ini, TransJakarta baru memiliki 4.700 armada dengan kapasitas penumpang 1,2 juta perhari.

Menurut Zuhdy, agar target kapasitas tersebut terpenuhi, Transjakarta harus memiliki strategi jemput bola. Tidak bisa lagi hanya mengandalkan orang yang mau naik transportasi publik saja. Untuk itu, Tranjakarta harus memperkuat integrasi dengan moda transportasi lain yang bisa mencakup first mile last mile. Setelah JakLingko, menurut Zudhy, Transjakarta juga perlu mempercepat integrasi dengan moda transportasi lain seperti ojek online (ojol).

“Adanya integrasi dengan moda transportasi yang bisa memberikan layanan first mile last mile seperti Gojek dan JakLingko akan sangat berpotensi meningkatkan jumlah angkutan umum. Hal itu sudah terbukti di beberapa negara. Karena itu, dengan siapapun integrasi harus disegerakan,” kata Zudhy, Kamis (9/3/2023).

Zudhy mencontohkan, integrasi Gojek dan PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) sudah berjalan dengan baik melalui pengembangan fitur GoTransit. Melalui fitur tersebut, pengguna dapat memesan layanan transportasi Gojek (GoRide dan GoCar) menuju dan dari stasiun komuter sekaligus bisa membeli tiket kereta komuter langsung dari aplikasi Gojek hanya dalam satu kali bundle pembelian. Selain itu, pembayaran juga dapat dilakukan dengan GoPay atau alat pembayaran lainnya.

“Berdasarkan data dari Gojek, GoTransit sukses meningkatkan transaksi tiket digital KAI Commuter sebesar 300%. Kolaborasi ini juga telah diperluas ke wilayah operasional Jogja-Solo, dan akan segera dikembangkan dengan kemitraan baru dengan Transjakarta dan inovasi fitur yang memungkinkan masyarakat membeli tiket angkutan umum & perjalanan GoRide/GoCar dalam satu transaksi,” imbuh Zudhy.