Ilustrasi marah
Sains

Peneliti Ungkap Rahasia Otak dalam Mengelola Emosi

  • Semakin banyak orang mampu mengaktifkan daerah-daerah otak yang khusus dalam mengelola emosi ini, semakin kuat mereka dalam menghadapi situasi negatif tanpa membiarkan hal itu memengaruhi mereka secara pribadi.
Sains
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Setiap orang pasti merasakan amarah saat menghadapi hari yang buruk. Namun, kemampuan kita untuk menahan diri dalam situasi-situasi seperti ini sebagian besar berkat otak kita dan cara kompleksnya dalam mengatur emosi.

Sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh para peneliti dari Dartmouth telah berhasil memetakan bagaimana otak manusia mengelola emosi, yang ternyata memiliki implikasi besar bagi kesehatan mental kita sehari-hari. 

Hasil penelitian, yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Neuroscience ini, mengungkapkan beberapa temuan menarik yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.

"Sebagai mantan insinyur biomedis, saya sangat senang bisa mengidentifikasi beberapa area otak yang benar-benar unik untuk mengelola emosi," kata penulis utama penelitian, Ke Bo, seorang peneliti pasca doktoral di Cognitive and Affective Neuroscience Lab (CANlab) di Dartmouth. 

"Temuan kami memberikan wawasan baru tentang bagaimana pengelolaan emosi bekerja dengan mengidentifikasi target yang bisa dimanfaatkan dalam pengobatan klinis." lanjutnya. 

Baca Juga: Penelitian: Otak Manusia Semakin Membesar dari Waktu ke Waktu

Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah terkait dengan pemisahan antara aktivitas otak yang terkait dengan pembentukan emosi dan pengelolaan emosi. 

Peneliti menggunakan metode komputasi untuk menganalisis data dari dua set studi fMRI yang sebelumnya diperoleh. Mereka merekam aktivitas otak saat peserta melihat gambar-gambar yang cenderung memicu reaksi negatif dan kemudian diminta untuk mengubah cara mereka memandang gambar tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelolaan emosi, yang juga dikenal sebagai "reappraisal" dalam ilmu saraf, melibatkan daerah-daerah khusus di korteks prefrontal anterior dan struktur-struktur kortikal tingkat tinggi lainnya. 

Daerah-daerah ini terlibat dalam fungsi kognitif tingkat tinggi lainnya dan penting untuk pemikiran abstrak dan perencanaan jangka panjang tentang masa depan.

Semakin banyak orang mampu mengaktifkan daerah-daerah otak yang khusus dalam mengelola emosi ini, semakin kuat mereka dalam menghadapi situasi negatif tanpa membiarkan hal itu memengaruhi mereka secara pribadi.

Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana otak kita beroperasi dalam mengatur emosi kita, dan mengapa beberapa orang mampu lebih baik menghadapi situasi negatif tanpa terpengaruh secara pribadi.

Studi ini juga menyoroti peran neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin dalam pengelolaan emosi. 

Para peneliti membandingkan peta otak dari pengelolaan emosi dengan peta ikatan neurotransmitter dari 36 studi lainnya dan menemukan adanya tumpang tindih antara sistem-sistem yang terlibat dalam pengelolaan emosi negatif dengan sistem neurotransmitter tertentu. 

Hal ini menunjukkan potensi penggunaan obat-obatan untuk memengaruhi sistem pengelolaan emosi.

Namun, penting untuk diingat bahwa efek jangka panjang dari penggunaan obat-obatan ini terhadap kemampuan kita untuk mengatur emosi masih perlu diteliti lebih lanjut. 

Studi ini juga menekankan pentingnya pendekatan terpadu antara psikologi dan farmasi dalam perawatan kesehatan mental, dengan mempertimbangkan efek obat pada sistem otak yang terlibat dalam pengelolaan emosi.

Temuan ini memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas otak manusia dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kesehatan mental kita. 

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang cara otak kita mengelola emosi, kita dapat mengembangkan pendekatan perawatan yang lebih efektif dan terarah untuk masalah-masalah kesehatan mental yang sering kita hadapi.