<p>Ilustrasi/Foto: Havard University</p>
Gaya Hidup

Penelitian Baru: Gejala Depresi Terkait dengan Kreativitas Jahat

  • Penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Creative Behavior seperti dilansir dari laman resmi spring.org pada Senin, 15 Mei 2023 menyelidiki hubungan antara gejala depresi dan kreativitas jahat.

Gaya Hidup

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Creative Behavior seperti dilansir dari laman resmi spring.org pada Senin, 15 Mei 2023 menyelidiki hubungan antara gejala depresi dan kreativitas jahat. 

Temuan ini menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami gejala depresi, mereka cenderung menggunakan kreativitas mereka untuk menyakiti orang lain. Studi ini memberikan bukti bahwa suasana hati yang tertekan terkait dengan kognisi sosial yang negatif.

Kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan berharga, dan penelitian telah menemukan bahwa kreativitas memiliki banyak manfaat. Kreativitas berhubungan dengan berbagai hasil kesehatan mental yang positif, prestasi akademik, dan kemajuan karier. Karena alasan ini, kreativitas tidak sering dipertimbangkan melalui lensa potensi hasil yang merugikan.

Namun, kreativitas dapat digunakan untuk kejahatan, seperti ketika seseorang menggertak atau memanipulasi orang lain. Corinna Perchtold-Stefan seorang psikolog dan peneliti dari Austria bersama rekan-rekannya berusaha mengeksplorasi potensi asal mula atau konsekuensi dari apa yang dikenal sebagai kreativitas jahat.

Kreativitas jahat dianggap sebagai perilaku kreatif yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain atau melanggar norma-norma sosial. Misalnya, cyberbullying, trolling, dan fantasi balas dendam.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa individu dengan depresi lebih mungkin terlibat dalam tindakan kreativitas jahat. Perchtold-Stefan dan timnya ingin tahu apakah gejala depresi subklinis juga dapat dikaitkan dengan kreativitas jahat. Memahami hubungan antara gejala depresi dan kreativitas jahat dapat menghasilkan intervensi terapeutik yang dapat memberikan konsekuensi positif bagi individu dan masyarakat.

Untuk menyelidiki hubungan antara gejala depresi subklinis (yaitu tingkat depresi ringan) dan kreativitas jahat, tim peneliti menggunakan kombinasi kuesioner laporan diri dan penilaian kreativitas jahat. Tim peneliti juga menganalisis bagaimana subdimensi depresi yang berbeda (gejala kognitif, emosional, dan motivasi) dapat menghasilkan tingkat kreativitas jahat yang berbeda. Data dikumpulkan dari 259 peserta antara tahun 2018-2020.

Para peneliti menemukan hubungan positif antara depresi subklinis dan kreativitas jahat. Semakin tinggi skor pada ukuran depresi, semakin banyak kreativitas jahat yang dilakukan orang tersebut. Selain itu, mereka menemukan bahwa baik untuk pria maupun wanita, kreativitas jahat berhubungan dengan subdimensi kognitif dan motivasi depresi. Subdimensi emosional dari depresi hanya ditemukan sebagai faktor peningkatan kreativitas jahat bagi perempuan.

Tim peneliti mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian mereka. Desain penelitian ini menggunakan ukuran laporan diri, dan akibatnya, partisipan mungkin melaporkan gejala mereka secara kurang atau berlebihan.

Selain itu, penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kreatif, seperti ciri-ciri kepribadian atau faktor lingkungan lainnya dan tidak jelas mengapa gejala depresi berhubungan positif dengan kreativitas jahat.

Salah satu penjelasannya adalah bahwa orang yang sudah merasa tertekan lebih mungkin terlibat dalam kreativitas jahat karena faktor-faktor seperti isolasi sosial, berkurangnya dukungan sosial, dan meningkatnya impulsif dan permusuhan. 

Penjelasan lain adalah kemungkinan bahwa terlibat dalam kreativitas jahat dapat menyebabkan perkembangan gejala depresi, karena fantasi balas dendam dan tindakan balas dendam dapat melanggengkan pola pikir dan emosi negatif.

Para peneliti berpendapat bahwa penjelasan ini menunjukkan hubungan melingkar antara kreativitas jahat dan depresi, di mana yang satu dapat berkontribusi pada yang lain.

Temuan ini menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara kondisi kesehatan mental tertentu dan penggunaan perilaku kreatif untuk tujuan yang berbahaya. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa individu dengan ciri-ciri kepribadian tertentu (seperti narsisme atau psikopati) mungkin lebih cenderung terlibat dalam bentuk kreativitas yang jahat. 

Fokus penelitian ini pada gejala depresi subklinis sangat penting, karena hal ini menunjukkan bahwa tingkat depresi yang ringan sekalipun dapat berdampak pada perilaku kreatif.

"Temuan kami secara bermakna menunjukkan bahwa gangguan suasana hati seperti yang dialami oleh populasi umum dapat mendorong pola pikir impulsif, tidak teregulasi, dan ruminatif tertentu yang merangsang kreativitas jahat dalam situasi yang provokatif," Perchtold-Stefan dan rekan-rekannya menyimpulkan. 

"Sebagai implikasinya, efek depresi mungkin tidak hanya bersifat maladaptif karena memfasilitasi pengaitan diri yang negatif yang terinternalisasi, tetapi juga karena hal tersebut mendorong eksternalisasi agresi kreatif terhadap orang lain."