ruslan-zh-t0ZfzT8FopE-unsplash.jpg
Sains

Penelitian Buktikan Terapi Aroma Bisa Tangani Depresi

  • Terapi aroma, sebagai pendekatan alami dan inovatif, mungkin membuka jalan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan mengurangi gejala depresi pada individu.

Sains

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open telah menyoroti potensi terapi aroma sebagai langkah inovatif dalam mengatasi masalah serius kesehatan mental, khususnya depresi. 

Melibatkan 32 orang dewasa yang mengalami depresi mayor, penelitian ini menunjukkan bahwa aroma akrab seperti kopi, jeruk, dan Vicks VapoRub dapat menjadi petunjuk efektif dalam membantu peserta mengingat kenangan hidup yang sulit diakses.

Peneliti, yang dipimpin oleh Profesor Kymberly Young dari Universitas Pittsburgh, menemukan bahwa aroma memiliki kekuatan unik dalam memicu ingatan dan emosi melalui sistem penciuman. 

Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan aroma sebagai pengganti isyarat verbal mampu meningkatkan kemampuan peserta untuk mengingat lebih banyak daripada ketika menggunakan kata-kata.

Profesor Young mengekspresikan keterkejutannya terhadap efektivitas terapi aroma dan menyoroti bahwa aroma dapat memicu ingatan secara emosional. Ia menekankan bahwa sistem penciuman merupakan satu-satunya sistem sensorik yang memiliki akses langsung dan cepat ke pusat memori dan emosi di otak. 

"Sangat mengejutkan bagi saya bahwa sebelumnya tidak ada yang berpikir untuk melihat ingatan pada individu yang depresi menggunakan isyarat aroma," ujar Profesor Young, dilansir livescience, Senin, 19 Februari 2024.

Temuan ini membuka potensi pengembangan terapi aroma sebagai pendekatan inovatif dalam pencegahan dan penanganan gejala depresi, memberikan harapan baru untuk meningkatkan kualitas hidup bagi individu yang mengalami masalah kesehatan mental.

Terapi aroma, sebagai strategi inovatif dalam mengatasi depresi, menanggapi bias umum yang sering dialami oleh penderita depresi, yaitu kecenderungan untuk mengelompokkan peristiwa secara luas dan menggeneralisasi emosi. 

Dalam konteks ini, terapi aroma membantu individu mengingat kenangan spesifik, meresapi aroma akrab seperti kopi, jeruk, dan Vicks VapoRub sebagai petunjuk. Melalui proses ini, terapi aroma tidak hanya berfungsi sebagai pencetus ingatan, tetapi juga berusaha mengatasi pusat-pusat emosi yang terkena dampak depresi.

"Sistem penciuman adalah satu-satunya sistem sensorik yang memiliki akses langsung dan superhighway ke pusat memori di otak dan pusat emosi di otak," tambah Profesor Young.

Pentingnya terapi aroma dalam mengembalikan keseimbangan emosional menjadi kunci, dengan harapan bahwa individu yang mengalami depresi dapat mengatasi pemikiran negatif yang sering terkait dengan kondisi tersebut. 

Seiring dengan penelitian ini, langkah selanjutnya yang menarik adalah melibatkan pemindaian otak untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana amigdala, pusat pemrosesan emosi utama di otak, merespons terapi aroma. 

Dengan demikian, diharapkan penelitian lebih lanjut dengan partisipan yang lebih banyak dan beragam, termasuk peserta kontrol sehat, dapat memberikan dukungan dan pemahaman yang lebih komprehensif terkait hubungan antara terapi aroma dan pencegahan depresi.

Terapi aroma, sebagai pendekatan alami dan inovatif, mungkin membuka jalan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan mengurangi gejala depresi pada individu.

Dengan dukungan lebih lanjut, terapi aroma dapat menjadi alternatif yang menarik dan dapat diakses untuk meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang menghadapi tantangan kesehatan mental.