<p>Driver Grab Bike mengenakan Grab Protect pelindung yang membatasi antara pengemudi dan penumpang saat diluncurkan di Jakarta, Senin 8 Juni 2020. Penumpang ojek online (ojol) kini tak perlu khawatir menggunakan transportasi ini di tengah pandemi Corona, Grab memberikan pengamanan dengan Grab Protect bagi pengemudi yang membatasi antara driver dan penumpang untuk meminimalisir kontak penyebaran COVID-19. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Komunitas

Penelitian Mahasiswa UGM: Pengemudi Ojol Merasa Cemas dan Tertekan

  • Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan dari sisi psikologis pengemudi ojek online multi-platform dalam menjalankan pekerjaan mereka serta dampaknya terhadap kesejahteraan mereka.

Komunitas

Muhammad Imam Hatami

YOGYAKARTA- Pertumbuhan pesat pengemudi ojek online membawa du bila mata pisau yang mengutungkan dan merugikan. Menjadi pengemudi yang aktif di beberapa platform dianggap sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan mereka ditengah persaingan yang sangat ketat antar pengemudi. 

Untuk memahami lebih dalam mengenai fenomena ini, Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora (RSH) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian yang menggali aspek psikologis yang mempengaruhi motivasi dan pengalaman pengemudi ojek online multi-platform di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dilansir dari ugm.ac.id, Rabu, 4 Oktober 2023, dalam penelitian yang berjudul "Studi Fenomenologi: Dinamika Motivasi dan Pengalaman Pengemudi Ojek Online Multi-Platform dalam Mencapai Kesejahteraan," tim PKM RSH UGM melakukan riset selama kurang lebih empat bulan. 

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan dari sisi psikologis pengemudi ojek online multi-platform dalam menjalankan pekerjaan mereka serta dampaknya terhadap kesejahteraan mereka.

Hasil penelitian ini mencerminkan kompleksitas di dalam dunia pengemudi ojek online multi-platform. Banyak dari mereka mengungkapkan perasaan cemas dan ketidakpastian ketika mereka dihadapkan pada situasi di mana pengemudi harus menerima beberapa pesanan hampir bersamaan. Hal ini mencerminkan tekanan yang mereka hadapi untuk mencapai pendapatan yang memadai, terutama mengingat tingkat persaingan yang semakin ketat.

Para pengemudi ojek online multi-platform menjelaskan bahwa bergabung dengan beberapa platform dianggap sebagai suatu keharusan. Terutama setelah masa keemasan di dunia ojek online berakhir, mereka merasa perlu untuk memperluas jaringan agar bisa mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Alasan utama yang mendorong mereka melakukan hal ini adalah tekanan ekonomi.

Meskipun perusahaan platform penyedia layanan menjanjikan fleksibilitas dalam bekerja, dalam kenyataannya, banyak pengemudi ojek online merasa bahwa hal ini belum memberikan kesejahteraan yang mereka harapkan.

Pengemudi ojek online percaya bahwa perusahaan-perusahaan ini sebagian besar berperan sebagai perantara digital semata, dan status "mitra" yang mereka pegang telah memberikan celah untuk perusahaan  mengeksploitasi tenaga para pengemudi.

Penelitian ini menyoroti kerumitan hubungan antara pemerintah, perusahaan platform, dan pengemudi ojek online, serta relevansi aspek hukum yang ada. Hasilnya menunjukkan perlunya perhatian lebih lanjut terhadap kondisi psikologis pengemudi ojek online multi-platform serta perlindungan yang lebih baik terhadap hak-hak mereka sebagai pekerja, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka dalam dunia kerja yang semakin kompetitif.