Penelitian: Merawat Orang Sakit Bisa Membuat Stres Sekaligus Turunkan Risiko Depresi
- Menjadi caregiver atau merawat orang tua atau pasangan yang telah lanjut usia memang dapat menimbulkan stres, namun sebuah studi terbaru dari seorang peneliti di The University of Texas di Austin mempertanyakan hubungan antara menjadi caregiver dengan faktor risiko depresi yang mungkin tengah mereka hadapi.
Rumah & Keluarga
JAKARTA - Menjadi caregiver atau merawat orang tua atau pasangan yang telah lanjut usia memang dapat menimbulkan stres, namun sebuah studi terbaru dari seorang peneliti di The University of Texas di Austin mempertanyakan hubungan antara menjadi caregiver dengan faktor risiko depresi yang mungkin tengah mereka hadapi.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Advances in Life Course Research. Dikutip dari laman Medical Express, hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi pada caregiver orang dewasa sebagian besar disebabkan oleh masalah kesehatan yang dialami orang yang mereka cintai. Sementara menjadi caregiver dikaitkan dengan lebih sedikit gejala depresi.
“Penelitian selama puluhan tahun mengenai topik ini menunjukkan bahwa ada aspek positif dan negatif dalam menjadi seorang caregiver,” kata Sae Hwang Han, asisten profesor di Departemen Perkembangan Manusia dan Ilmu Keluarga yang merupakan penulis makalah tersebut.
- Hari Ini Waskita Beton (WSBP) Rilis OWK Senilai Rp1,85 Triliun
- Pemecatan Sam Altman Jadi Buah Bibir WhatsApp Grup CEO Silicon Valley
- Spesifikasi NC-212i, Pesawat yang Diserahkan Prabowo pada TNI AU
“Secara luas diasumsikan bahwa dampak negatifnya jauh lebih besar daripada dampak positifnya, bahwa menjadi caregiver merupakan pemicu stres kronis dan memberikan kontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang lebih buruk. Namun bukti tidak selalu mendukung hal tersebut.” lanjutnya.
Studi terbaru menemukan bahwa caregiver memiliki angka harapan hidup lebih lama jika dibandingkan dengan non caregiver dan banyak pengasuh menggambarkan kegiatan caregiving atau pengasuhan sebagai pengalaman positif yang memberi mereka makna dan tujuan. Kontradiksi inilah yang mendorong Han melakukan penelitian.
“Sebagian besar penelitian sebelumnya dimulai dengan mengidentifikasi caregiver dan membandingkan kesejahteraan mereka dengan yang non caregiver,” kata Han.
Han meneliti sekelompok anak-anak dewasa berusia di atas 50 tahun yang memiliki ibu yang masih hidup. Dia melacak perubahan dalam kesehatan mental mereka ketika beberapa ibu menjadi cacat atau mengalami gangguan kognitif dan anak-anak dewasa menjadi caregiver.
Han menemukan bahwa anak-anak dewasa menjadi lebih depresi ketika kesehatan ibu mereka memburuk, namun tidak menemukan bukti bahwa menjadi caregiver memperburuk depresi mereka.
Sebuah studi pada tahun 2021 yang dilakukan oleh Han dan rekannya juga menemukan bahwa pasangan yang memberikan caregiving kepada pasangannya mengalami efek serupa.