Penelitian: Polusi Udara Mengurangi Angka Harapan Hidup Hingga Lebih dari 5 Tahun
- Negara-negara Asia Selatan yaitu Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan menjadi penyumbang polusi terbanyak.
Nasional & Dunia
JAKARTA - Negara-negara Asia Selatan yaitu Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan menjadi penyumbang polusi terbanyak.
Penelitian yang dilakukan oleh Energy Policy Institute, penduduk di Bangladesh rata-rata berisiko kehilangan 6,8 tahun hidup akibat polusi. Sementara rata-rata harapan hidup di New Delhi turun 10 tahun.
Dikutip dari South Morning China Post, industrialisasi yang pesat dan pertumbuhan penduduk telah berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara di Asia Selatan. Dimana tingkat polusi partikulat saat ini 50% lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2000an. Hal ini tentu mengancam dan membahayakan kesehatan penduduknya.
Penduduk di Bangladesh, negara paling berpolusi di dunia, akan kehilangan rata-rata 6,8 tahun hidup per orang, dibandingkan dengan 3,6 bulan di Amerika Serikat. Menurut penelitian yang menggunakan data satelit untuk menghitung dampak polusi udara pada angka harapan hidup.
- China 'Teror' Jepang Usai Pelepasan Air Radioaktif ke Samudra Pasifik
- Waskita Kembali Diberondong Gugatan PKPU
- Jaga Ekosistem, IKA Undip Sebar Benih Ikan di Waduk Pidekso Wonogiri
Sejak tahun 2013, India bertanggung jawab atas sekitar 59% peningkatan polusi dunia. New Delhi, kota besar yang berpenduduk padat dengan tingkat polusi paling tinggi di dunia, memiliki rata-rata angka harapan hidup berkurang lebih dari 10 tahun.
Jakarta, Indonesia
Sementara itu, berdasarkan hasil riset Air Quality Life Index 2021, masyarakat Indonesia secara rata-rata nasional berpotensi kehilangan 2,5 angka harapan hidupnya.
Namun, untuk kota-kota besar seperti Jakarta, angkanya meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu hingga 5,5 tahun.
Dikutip dari TrenAsia.com Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya yang mengatakan polusi udara di Jabodetabek utamanya berasal dari kendaraan bermotor.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat ada 24,5 juta kendaraan bermotor. Dari angka itu, 19,2 juta di antaranya merupakan sepeda motor.
Selain kendaraan, Siti mengatakan penyebab lainnya adalah kemarau panjang yang melanda kawasan Jabodetabek. Dia menuturkan kemarau panjang itu membuat konsentrasi polutan meningkat.