Penelitian Tentang Beberes dan Manfaat Tak Terduganya
- Selain itu wanita yang merasa rumah mereka lebih stres cenderung melaporkan merasakan suasana hati yang tertekan seiring berjalannya waktu.
Gaya Hidup
JAKARTA - Kegiatan beberes sempat menjadi tren sejak dirilisnya series dokumenter berjudul Tyding Up With Marie Kondo pada Januari 2019. Serial ini dibawakan oleh Marie Kondo, seorang ahli beberes dan penulis buku The Life Changing Magic of Tidying Up.
Banyak orang mengatakan hidup mereka berubah drastis setelah mulai beberes. Lalu, apakah beberes benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan seseorang?
Sebuah penelitian dilakukan pada tahun 2016 kepada 1.489 penduduk AS dan Kanada. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana rumah yang berantakan mempengaruhi mereka. Hasilnya adalah rumah yang berantakan memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mereka. Termasuk dampak negatif pada perasaan aman, keselamatan, dan manfaat emosional positif yang berasal dari rasa rumah "psikologis".
- Negara Berkembang Disebut Bakal Alami Krisis Utang, Ini Daftarnya
- Minat Jadi Mitra Ojek Online Diisukan Menurun Drastis, Begini Tanggapan Gojek
- 4 Kasus Pencucian Uang yang Pernah Menggemparkan Indonesia
Selanjutnya, studi pada tahun 2010 yang meneliti 30 pasangan keluarga kelas menengah di kota Amerika Serikat. Mereka diminta untuk melakukan tur rumah mereka setiap harinya, dan merekam tur tersebut melalui kamera perekam.
Lalu peneliti menggunakan perangkat lunak analisis linguistik untuk menghitung frekuensi berbagai kata yang digunakan peserta untuk menggambarkan rumah mereka.
Kata-kata tersebut mengacu pada kondisi rumah seperti kekacauan, keadaan yang belum selesai, atau tempat yang alami menenangkan.
Empat kali sehari dalam seminggu pasangan tersebut diminta untuk mengisi laporan tentang suasana hati mereka dan memberikan sampel air liur untuk diukur kadar kortisolnya.
Kortisol adalah hormon yang menyediakan energi untuk tubuh. Orang yang memiliki kadar kortisol rendah atau tidak mengalami penurunan kadar kortisol normal yang terjadi sepanjang hari cenderung mengalami stres yang lebih besar dan hasil kesehatan negatif lainnya. Perubahan tingkat kortisol harian yang lebih rendah dari batas normal juga merupakan indikator stres kronis.
Hasil penelitian menemukan bahwa wanita yang menggambarkan rumah mereka dengan istilah yang negatif seperti berantakan, tidak terorganisir, dan teratur cenderung mengalami perubahan tingkat kortisol di bawah normal.
Sedangkan wanita yang menggambarkan rumah mereka dengan istilah yang lebih positif seperti santai, tenang, menenangkan, dan nyaman memiliki perubahan yang drastis pada tingkat kortisol dan menunjukkan kesejahteraan psikologis dan fisik yang lebih baik.
Selain itu wanita yang merasa rumah mereka lebih stres cenderung melaporkan merasakan suasana hati yang tertekan seiring berjalannya waktu.
Untuk partisipan pria, peneliti mengatakan bahwa hasilnya kontras dengan sang istri dan bisa jadi karena pria tidak begitu merasakan tanggung jawab yang lebih besar terhadap rumah. “Hasil kami yang sebagian besar nol untuk suami, kontras dengan hasil yang signifikan untuk istri, menunjukkan bahwa wanita mungkin lebih sensitif terhadap lingkungan rumah atau mungkin merasakan tanggung jawab yang lebih besar terhadap rumah (misalnya, merasa bersalah tentang kekacauan). ”