<p>Ritel Alfamart milik PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) / Alfamart.co.id</p>
Nasional

Penerapan ESG di Industri Ritel Hadapi Banyak Tantangan, Ini Kata Pengamat Ekonomi

  • Dari inflasi hingga daya saing produk, ini sejumlah tantangan penerapan ESG di industri ritel.
Nasional
Liza Zahara

Liza Zahara

Author

JAKARTA - Penerapan environmental, social, and governance (ESG) dalam industri ritel dinilai masih dihadapi banyak tantangan. Tantangan tersebut salah satunya inflasi tinggi di Indonesia yang sampai saat ini masih membayangi perekonomian Indonesia. 

Adanya inflasi tersebut dapat mempengaruhi masyarakat dalam membatasi pengeluaran sehari-sehari yang masih ada kaitannya dengan ritel.

Pengamat Ekonomi dan Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan, industri ritel masih memiliki banyak tantangan karena inflasi di Indonesia masih terlihat cukup tinggi. Meski pada kuartal terakhir (kuartal I-2022) pergerakan ekonomi meningkat, namun hal itu disebabkan kinerja ekonomi tahun lalu. Sedangkan inflasi secara bersamaan terlihat masih relatif tinggi.

"Mungkin ini (Inflasi dengan dampak masyarakat membatasi pengeluaran) saya kira akan terjadi hingga tahun depan terlebih menjelang tutup buku 2022. Sehingga dapat dilihat tantangan untuk ritel merupakan jangka pendek," kata Lucky kepada TrenAsia, Jumat, 27 Agustus 2022.

Tantangan lainnya pada industri ritel dalam penerapan ESG ialah kepedulian pelanggan jadi pertimbangan produk ritel. Lucky menambahkan, untuk menghadapi tantangan yang satu ini pelaku ritel perlu membuat suatu produk yang dapat bersaing dan bersifat identik.

Sifat identik ini dinilai perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam persaingan produk agar mudah diingat atau mudah dikenal dibandingkan dengan  produk ritel lainnya.

Lukcy juga menjelaskan, persaingan yang difokuskan bukan hanya daya saing dari produk itu sendiri. Namun, perlu dicermati juga dari segi daya saing harga dan daya saing kualitas baik produk maupun industri.

Hal-hal itu perlu untuk dipertimbangkan dalam memenuhi keinginan konsumen mengingat persaingan di industri ritel sangat ketat karena bersifat produk massa (mass product).

Selanjutnya, pelaku industri ritel juga perlu mengingat dalam prinsip sustainability atau keberlangsungan yang juga menjadi bagian dari pertimbangan konsumen.

Keberlangsungan di sini maksudnya keberlangsungan usaha atau emiten yang menerapkan prinsip ESG tersebut. Lebih dari itu yang paling penting selain adanya laba dan dividen suatu perusahaan adalah keberlangsungan.

Lucky mencontohkan, sebuah perusahaan dapat menghasilkan laba dan memberikan dividen pada tahun ini namun hal itu tidak bisa dilaksanakan pada tahun setelahnya.

Dari contoh tersebut terlihat tidak adanya konsistensi atau keberlangsungan yang diterapkan perusahaan sehingga prinsip ESG tidak dapat diterapkan dengan baik.

Terpantau hingga saat ini dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) salah satu perusahaan ritel di Indonesia yang telah menerapkan ESG di antaranya PT Ace Hardware Tbk (ACES), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). 

ESG di Sektor Lain

Seperti yang diketahui, penerapan ESG di Indonesia terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pemerintah tentunya berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan ESG agar dapat mencapai prinsip ESG untuk pembangunan berkelanjutan. 

Dalam pergerakannya untuk menerapkan ESG di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat taksonomi hijau untuk dijadikan sebagai ruang gerak dalam penerapan ESG untuk perusahaan yang ada di dalamnya. 

Secara keseluruhan penerapan ESG pada berbagai sektor masih terus diupayakan implementasinya agar semakin efektif serta prinsip yang digunakan semakin gencar dilakukan perusahaan.

Di sisi lain, Lucky mengakatan, ESG pada sektor energi memperoleh apresiasi dikarenakan kenaikan harga minyak, nikel, dan emas. Sektor energi sampai saat ini menjadi salah satu sektor paling banyak diminati oleh para investor. 

Kemudian, ESG pada sektor banking dinilai cukup menarik mengingat jumlah transasksi keuangan masih cukup tinggi. Sedangkan pada sektor industri dasar masih menjadi sektor yang mampu bertahan karena menjadi kebutuhan dasar masyarakat.

Tidak heran dengan begitu basic industry menjadi masih lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ritel. Sedangkan sektor energi sudah memperlihatkan prestasinya dengan keberhasilah ESG di dalamnya.