Nampak gedung-gedung perkantoran di kawasan Jalan Jenderal Sudirman. Jakarta berada di peringkat ke-89 kota terbaik di dunia 2023 atau 'World's Best Cities' 2023 menurut data Resonance Consultancy' yakni perusahaan konsultasi global untuk real estate, pariwisata dan pembangunan ekonomi. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional & Dunia

Penerapan ESG Genjot Nilai Perusahaan

  • Simak penjelasan urgensi penerapan ESG di Indonesia serta dampaknya terhadap nilai perusahaan menurut Koordinator WKU III Kadin Indonesia Shinta Kamdani.

Nasional & Dunia

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Saat ini, masyarakat tampaknya tengah fokus menyoroti ESG atau Environmental, Social, and Governance. Hal ini terutama semakin populernya isu lingkungan dalam berbagai sektor di dunia. 

Adanya ESG maka akan diketahui berbagai risiko dan peluang non keuangan yang dapat berkaitan dengan rutinitas perusahaan berdasarkan tiga aspek seperti environmental (lingkungan), social(sosial), dan corporate governance (tata kelola perusahaan). Jika suatu perusahaan menerapkan ESG dengan baik, maka hal ini juga turut membawa perusahaan ke arah ekonomi yang lebih baik. 

Selain itu, penerapan ESG juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan, seperti menaikkan reputasi perusahaan, meminimalisir risiko yang terjadi saat melakukan kegiatan usaha seperti penolakan dari masyarakat dan kecelakaan kerja.

Menurut Koordinator WKU III Kadin Indonesia Shinta Kamdani, tren ESG kemungkinan akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan dan pendewasaan industri, juga dengan meningkatnya tuntutan dari masyarakat, pemerintah, serta investor. Teknik yang ramah lingkungan yang sesuai dengan ESG kemungkinan akan terus meningkat popularitasnya, karena menjanjikan cara produksi proyek-proyek infrastruktur dan peralatan yang lebih bersih, lebih murah, dan lebih aman. 

Sebaliknya, perusahaan yang mengabaikan penerapan ESG di masa depan bisa jadi akan mengalami beberapa hal sebagai berikut.

  1. Kesulitan untuk bersaing.
  2. Harus tunduk pada sanksi peraturan.
  3. Kesulitan akses terhadap modal publik dan swasta.

Selain itu, menurut Shinta, kita perlu memahami bahwa “Sustainability is Good For Business”. Berdasarkan hasil riset Clark, Feiner and Viehs, tidak kurang dari 88% pelaku usaha yang menampilkan praktik ESG mampu menghasilkan kinerja yang jauh lebih baik dibanding yang belum menerapkan ESG. 

Lebih Unggul

Performa emiten yang menerapkan konsep berwawasan lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG) pun menunjukkan kinerja keuangan lebih unggul, dibandingkan emiten lainnya. Sebuah riset dari The Economist Intelligence Unit (EIU) tentang pembiayaan keberlanjutan mengatakan dari 161 investor dan 154 emiten di seluruh Asia Pasifik, 68% investor dan 63% emiten mengatakan bahwa investasi dan pembiayaan berkelanjutan mereka berkinerja lebih baik daripada investasi tradisional yang setara.

Selama COVID-19, dana Sustainable Funds juga turut memiliki performa lebih resilien daripada Conventional Funds. Di bursa lokal, bahkan sudah ada indikator yang menunjukkan korelasi ESG terhadap return yang lebih tinggi, yang diukur dengan Sustainable and Responsible Investment (SRI) -KEHATI Stock Index dan ESG Leaders. Index tersebut adalah merupakan salah satu index di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena berfokus pada perusahaan yang telah memenuhi kriteria ESG-nya.

Menurut data yang disediakan di situs BEI, indeks SRI-Kehati juga mampu mengungguli index IHSG dan LQ45 dalam hal return. Antara 30 Desember 2009 hingga 30 Desember 2019, indeks SRI-KEHATI menghasilkan return sebesar 173,66%, lebih tinggi dibandingkan IHSG dan indeks LQ45 yang masing-masing menghasilkan return 148,57% dan 103,59%. Sedangkan Index ESG Leaders selama 7 tahun dan bahkan selama Covid-19 mampu menghasilkan return sebesar 37%, lebih tinggi dibandingkan IHSG (34,70%) dan LQ45 (25,51%).