Nampak seorang petani tengah melakukan panen tanaman kelapa sawit di kawasan Bogor Jawa Barat, Kamis 28 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Penerimaan Bea Cukai Lampaui Target, Ditopang Ekspor Sawit, Tembaga, dan Bauksit

  • Sri Mulyani Indrawati menyampaikan penerimaan bea dan cukai hingga November 2021 sudah melampui target APBN menjadi Rp232,25 triliun atau tumbuh 108,05%.

Nasional

Daniel Deha

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan penerimaan bea dan cukai hingga November 2021 sudah melampui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi Rp232,25 triliun, tumbuh 108,05% dari target Rp215 triliun.

Menurut dia, pertumbuhan yang sangat tinggi di sektor bea cukai ditopang oleh ekspor tiga komoditas unggulan yaitu kelapa sawit, tembaga dan bauksit, yang membuat bea keluar (BK) terbang hingga 819,49% per November 2021.

"Bea keluar tumbuh karena volume ekspor dari komoditas tembaga, bauksit dan kelapa sawit," ujarnya dalam konferensi pers virtual APBN Kita pada Selasa, 21 Desember 2021.

Dia menjelaskan, secara tahunan, penerimaan bea cukai tumbuh 26,58%. Untuk penerimaan bea masuk (BM) tumbuh 18,25% sedangkan cukai tumbuh 10,84%. Penerimaan BM ditopang oleh kinerja impor yang masih meningkat, sementara cukai tumbuh karena efektivitas kebijakan cukai hasil tembakau (CHT).

Hingga November, penerimaan CHT telah mencapai Rp161,7 triliun atau sekitar 93,04% dari target penerimaan Rp173,78 triliun.

"Cukai hasil tembakau pertumbuhannya cukup stabil di sekitar 10 persen, dan merupakan satu kinerja untuk tetap menjaga agar produk hasil tembakau bisa dikendalikan di sisi konsumsinya namun di sisi lain aktivitasnya juga dikendalikan," terang Sri Mulyani.

Sementara itu, penerimaan BK untuk produk kelapa sawit sendiri tumbuh 360,36% year-to-date (ytd) karena bom harga Crude Palm Oil (CPO), sedangkan BK produk tembaga tumbuh 107,73% ytd. Demikian halnya dengan produk tambang lainnya yang terus tumbuh positif.

"Ini menjadi kontributor dari target penerimaan bea dan cukai," imbuh Bendahara Negara.

Dia menambahkan, pemerintah juga telah memberikan insentif fiskal di sektor bea dan cukai terkait penanganan pandemi COVID-19 yang mana telah mencapai Rp8,16 triliun.

Secara rinci, insentif fiskal impor alat kesehatan (alkes) sebesar Rp1,78 triliun, insentif impor vaksin sebesar Rp6,38 triliun dan insentif dunia usaha sebesar Rp7,36 miliar.

Sri Mulyani berharap penerimaan bea dan cukai terus bertumbuh hingga akhir tahun ini yang ditopang oleh tren positif bea masuk, resiliensi performa cukai dan kinerja yang meyakinkan dari bea keluar untuk ekspor komoditas.

"Penerimaan bea masuk dan bea keluar ini menjadi kontributor utama di mana ada penguatan rupiah terhadap US dolar dan tarif efektif yang juga mengalami perlemahan serta bea keluar yang melonjak tinggi," ungkapnya.