Sri Mulyani dalam Konpers APBN KiTa Edisi Agustus pada Selasa, 13 Agustus 2024.
Makroekonomi

Penerimaan Pajak Tembus Rp1.045 Triliun hingga Juli 2024

  • Kementerian Keuangan RI mencatat realisasi penerimaan pajak sampai dengn Juli 2024 sebesar Rp1.045 triliun atau setara dengan 52,56 persen dari target APBN 2024 meski mengalami perlambatan.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Keuangan RI mencatat realisasi penerimaan pajak sampai dengn Juli 2024 sebesar Rp1.045 triliun atau setara dengan 52,56 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 meski mengalami perlambatan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meskipun pajak beberapa bulan lalu mengalami tekanan dari Maret hingga Juni 2024, namun Ia menilai akhir Juli pajak menunjukkan kemajuan.

“Pajak hingga Juli 2024 terkumpul Rp1.045 triliun, meski tekanan mulai terlihat dari Maret hingga Juni 2024.,” kata Sri dalam Konpers APBN KiTa Edisi Agustus pada Selasa, 13 Agustus 2024.

Sri Mulyani lebih menjelaskan hal ini terdiri atas PPh non migas Rp593,76 triliun atau 55,8% dari target secara bruto masih mengalami tekanan 3,04%, lalu PPN danPPnBM tembus sebesar Rp402,16 triliun atau 49.57%, untuk PBB dan pajak lain Rp10 triliun atau 26,7% terakhir PPh Migas Rp39,32 triliun atau 51,4% dari target.

Sri Mulyani mengakui, terdapat penerimaan berikut kelompok pajak yang mengalami kontraksi diantaranya PPH non migas terkontraksi akibat pelemahan harga komoditas tahun lalu yang menyebabkan profibilitas tahun 2023 menurun terutama pada sektor terkait komoditas. PPH Migas juga terkontraksi akibat penurunan liting minyak yang tak pernah capai target.

Sedangkan untuk, penerimaan bruto PPN dan PPnBM mencatatkan kinerja positif hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjaga sedangkan penerimaan bruto PBB dan pajak lainnya tumbuh ditopang penerimaan PBB dari sektor pertambangan.

APBN Defisit 

Kementerian Keuangan RI mengungkapkan, APBN mengalami defisit sebesar Rp93,4 triliun atau 0,41% dari produk domestik bruto (PDB) hingga Juli 2024.

Sri Mulyani, belanja negara mencapai Rp1.638,8 triliun atau 49,3% dari pagu sebesar Rp3.325,1 triliun, meningkat 12,2% yoy. Kinerja belanja negara yang optimal disebut menjadi dorongan APBN tetap terjaga dengan baik hingga Juli 2024.

"APBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB. Ini (defisit) masih kecil dibandingkan total target defisit tahun ini yaitu 2,2 persen," katanya dalam Konpers APBN KiTa Edisi Agustus pada Selasa, 13 Agustus 2024.

Pendapatan negara mencapai Rp1.545,4 triliun, tumbuh 4,3% yoy. Keseimbangan primer tetap mencatat surplus sebesar Rp179,3 triliun. Keseimbangan primer adalah selisih antara total pendapatan negara dan belanja negara, tidak termasuk pembayaran bunga utang.