Para petani bekerja di persawahan di Bulacan, Filipina. (Foto: AFP / Jam Sta Rosa)
Dunia

Pengadilan Filipina Hentikan Penyebaran Beras Emas Hasil Rekayasa Genetik

  • Beras emas dikembangkan selama dua dekade oleh International Rice Research Institute (IRRI) yang berbasis di Filipina dan Departemen Pertanian-Philippine Rice Research Institute (PhilRice), sedangkan terong BT dikembangkan oleh kampus Los Banos Universitas Filipina.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Pengadilan Filipina telah memblokir penyebaran komersial golden rice (beras emas) hasil rekayasa genetika. Hal ini  karena terdapat pandangan ilmiah yang bertentangan yang menyebut dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan lingkungan yang parah.

Filipina adalah negara pertama di dunia yang menyetujui beras emas, yang diperkaya dengan prekursor Vitamin A beta-karoten dan memiliki warna kuning cerah. Beras ini sebagai upaya memerangi kebutaan pada masa kanak-kanak.

Namun, pengadilan banding di Manila mencabut izin keamanan hayati untuk produksi komersial beras yang diberikan oleh regulator pemerintah pada tahun 2021. Ini  setelah 14 penentang mengajukan gugatan.

Putusan pengadilan, yang dikeluarkan pada 17 April dan dilihat oleh AFP pada Kamis, 25 April 2024, juga berlaku untuk terong hasil rekayasa genetika terong BT, yang tahan hama.

“Dengan alasan pandangan ilmiah yang bertentangan dan ketidakpastian tentang risiko dan dampak Beras Emas dan Terong Bt, potensi ancaman serius dan parah terhadap kesejahteraan manusia dan lingkungan muncul,” kata pengadilan dilansir dari CNA, pada Kamis, 25 April 2024.

“Penyebaran komersial tidak diizinkan sampai lembaga pemerintah yang bersangkutan mengajukan bukti keamanan dan kepatuhan terhadap semua persyaratan hukum,” katanya.

Memerangi Kebutaan

Para ahli berharap beras tersebut akan membantu memerangi kebutaan pada masa kanak-kanak dan menyelamatkan nyawa di negara berkembang.

Data Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan kekurangan vitamin A menyebabkan hingga 500.000 kasus kebutaan pada anak-anak setiap tahun, sebagian besar di negara berkembang, dengan setengah dari mereka meninggal dalam waktu 12 bulan setelah kehilangan penglihatannya.

Beras emas dikembangkan selama dua dekade oleh International Rice Research Institute (IRRI) yang berbasis di Filipina dan Departemen Pertanian-Philippine Rice Research Institute (PhilRice), sedangkan terong BT dikembangkan oleh kampus Los Banos Universitas Filipina.

Para ilmuwan yang terlibat bersikeras bahwa keduanya aman untuk dimakan. Direktur eksekutif PhilRice John de Leon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lembaga tersebut sedang meninjau implikasi dari keputusan tersebut untuk mempersiapkan tanggapannya.

IRRI mengatakan akan terus bekerja dengan PhilRice dalam mengembangkan intervensi nutrisi yang aman dan efektif melalui penelitian beras.

Ia juga mengatakan beras emas telah menerima evaluasi keamanan pangan yang positif dari regulator di Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat.

Kelompok Lingkungan

Namun, beras menghadapi perlawanan keras dari kelompok lingkungan yang menentang tanaman pangan yang diubah secara genetik. Setidaknya satu lapangan uji di Filipina diserang oleh para aktivis.

Para penentang yang mengajukan keberatan, termasuk Greenpeace, menyambut baik putusan tersebut.

“Keputusan ini merupakan kemenangan besar bagi petani Filipina dan rakyat Filipina yang selama beberapa dekade menentang tanaman rekayasa genetika,” jelas juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara Wilhelmina Pelegrina dalam sebuah pernyataan.

“Tanaman GM belum pernah terbukti aman, dan telah menghambat kemajuan yang diperlukan dalam pertanian ekologis yang tahan iklim yang menjaga pengendalian benih pada petani kita.”

Beras biasa, makanan pokok bagi ratusan juta orang, terutama di Asia, menghasilkan beta-karoten di dalam tanaman tetapi tidak ditemukan dalam biji-bijian.