Alfamart
Industri

Pengelola Alfamart Kepincut Bermitra dengan Bank Aladin

  • Emiten pengelola Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk mengungkapkan ancang-ancang bermitra dengan PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk atau yang kini dikenal Bank Aladin Syariah.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Emiten pengelola Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk mengungkapkan ancang-ancang bermitra dengan PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk atau yang kini dikenal Bank Aladin Syariah.

Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira tidak membantah soal adanya rencana tersebut. Kendati demikian, Anggara enggan menjelaskan lebih jauh soal mekanisme kemitraan, nilai investasi, mau pun waktu kerja sama.

“Saya tidak katakan tidak atau iya (membeli saham Bank Aladin). Kami pasti akan bermitra dengan Bank Aladin,” kata Anggara dalam paparan publik, Kamis 6 Mei 2021.

Sebelum mengungkapkan ketertarikan tersebut, emiten berkode AMRT ini lebih dulu mengumumkan rencana penambahan modal lewat hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.

AMRT berencana memberikan HMETD kepada para pemegang saham perusahaan saat ini sebanyak-banyaknya 5 miliar saham dengan nilai Rp10 per sahamnya.

Dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) saat mengumumkan rencana right issue, perusahaan mengatakan ketertarikan bekerja sama dengan perusahaan berbasis teknologi.

Anggara menyebut kemitraan dengan Bank Aladin tidak terkait dengan rencana penyertaan modal.

“Ya betul kami ada kemitraan bisnis dengan Bank Aladin, tapi tolong jangan diartikan kami penyertaan modal,” terangnya.

Meski saat ini Bank Aladin belum punya platform yang dirilis ke publik, AMRT kerja sama ini sejalan dengan consumer base yang dimiliki perusahaan.

“Ke depan akan lebih ke dunia digital makanya kami eksplore kerja sama dengan bank digital” ungkap Anggara.

Anggara menegaskan investasi ke perusahaan teknologi tidak akan merubah core bisnis perusahaan di bidang ritel. Menurut Anggara, investasi ini dilakukan untuk memperkuat ekosistem Alfamart yang sudah memiliki konsumen 4 juta orang per hari.

“Jangan kesannya kami akan investasi signifikan sebesar 70-80% ke bisnis teknologi, that’s not the idea. Kalau kami masuk, lebih sifatnya strategis untuk memperkuat bisnis ritel,” terang Anggara. (RCS)

Bisnis Alfamart sendiri cukup stabil meski ada pandemi COVID-19 pada tahun lalu. Emiten ini berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan 3,95% menjadi Rp75,82 triliun pada 2020. Di periode sebelumnya, perusahaan milik konglomerat Djoko Susanto ini mencatat Rp72,94 triliun.

Meski pendapatan tahun 2020 moncer, beban perusahaan ikut meningkat. Beban pokok pendapatan meningkat 3,44% menjadi Rp60,41 triliun dari yang sebelumnya Rp58,4 triliun. Lalu, beban penjualan juga naik tipis menjadi Rp13,14 triliun dari yang sebelumnya Rp12,24 triliun.

Alhasil, laba usaha pun harus sedikit tergelincir 4,58% menjadi Rp1,06 triliun dari sebelumnya Rp1,1 triliun pada 2019. (RCS)