Ilustrasi ekonomi hijau
Perbankan

Pengembangan Ekonomi Hijau Dorong Pertumbuhan Kredit Pertanian di Papua

  • Meskipun sektor pertanian menunjukkan tren positif, kredit di sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi di Papua justru mengalami kontraksi tajam sebesar -28,60% yoy.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pertumbuhan kredit di wilayah Papua dan Maluku pada Triwulan II-2024 mencatatkan angka positif sebesar 7,10% secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dari 5,66% pada periode yang sama tahun lalu.  

Di wilayah ini, Provinsi Maluku Utara menjadi pendorong utama, dengan pertumbuhan kredit mencapai 16,33% yoy. Namun, di Papua, pertumbuhan kredit melambat menjadi 4,06% yoy dibandingkan 8,38% pada Juni 2023, meskipun secara nominal mengalami kenaikan sebesar Rp1,65 triliun.

Fokus perhatian kini tertuju pada sektor pertanian di Papua, yang mencatatkan kenaikan penyaluran kredit sebesar Rp702,48 miliar. 

Hal ini menjadikan sektor ini sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan kredit di wilayah tersebut, meski tingkat pertumbuhannya melambat dari 61,65% yoy menjadi 12,92% yoy.

Dukungan Ekonomi Hijau pada Kredit Sektor Pertanian

Menurut Laporan Surveillance Perbankan Triwulan II-2024 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kenaikan kredit di sektor pertanian di Papua dianggap sebagai bentuk dukungan perbankan terhadap upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan ekonomi hijau. 

Program ekonomi hijau di Papua diarahkan untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan melalui pengelolaan sumber daya alam secara bijak. 

Langkah ini mencakup peningkatan efisiensi pertanian tradisional, adopsi teknologi ramah lingkungan, serta pelatihan bagi petani lokal dalam menghadapi perubahan iklim.

Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), peningkatan kredit sektor pertanian ini mencerminkan adaptasi perbankan terhadap permintaan pembiayaan untuk proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan. 

Perlambatan Sektor Transportasi: Tantangan Kredit Papua

Meskipun sektor pertanian menunjukkan tren positif, kredit di sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi di Papua justru mengalami kontraksi tajam sebesar -28,60% yoy. 

Penurunan nominal sebesar Rp735,21 miliar ini menjadi salah satu faktor utama perlambatan pertumbuhan kredit di Papua secara keseluruhan.

Jawa dan Sumatera Tetap Menjadi Poros Utama  

Distribusi kredit perbankan di Indonesia pada Triwulan II-2024 masih menunjukkan dominasi wilayah Jawa dan Sumatera. Menurut laporan OJK, porsi kredit di Jawa mencapai 68,73%, sementara Sumatera menyumbang 13,42%. 

Pertumbuhan kredit di Jawa melonjak signifikan sebesar 13,32% yoy, meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 7,98%. Sementara itu, Sumatera juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan kredit dari 5,05% menjadi 7,56% yoy.

Provinsi DKI Jakarta menjadi pusat utama penyaluran kredit di Jawa dengan porsi 47,96%. Pertumbuhan kredit di wilayah ini naik dari 7,86% menjadi 19,31% yoy, setara dengan peningkatan nominal sebesar Rp398,97 triliun. 

Lonjakan ini didukung oleh sektor perantara keuangan yang tumbuh 29,42% yoy. Selain itu, Provinsi Jawa Barat mencatatkan kontribusi signifikan dengan porsi 18,74% dan pertumbuhan kredit sebesar 11,35% yoy, naik dari 6,95% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan yang tumbuh luar biasa sebesar 77,87% yoy.

Sumatera: Sumut dan Sumsel Jadi Motor Penggerak

Di Sumatera, Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan memimpin dengan porsi masing-masing 26,71% dan 16,67%. Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan kredit positif sebesar 8,22% yoy setelah sebelumnya terkontraksi -2,44%. Sektor industri pengolahan menjadi penopang utama dengan kenaikan nominal Rp6,46 triliun.

Sementara itu, Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan kredit sebesar 12,53% yoy dengan kenaikan nominal Rp18,64 triliun. Sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan menjadi motor utama pertumbuhan, melonjak dari 3,79% menjadi 18,12% yoy.

Kredit di Wilayah Lain: Tren Beragam

Sulawesi: Industri Pengolahan Jadi Andalan

Pulau Sulawesi mencatat pertumbuhan kredit sebesar 11,98% yoy, meningkat dari 9,64% pada tahun sebelumnya. Provinsi Sulawesi Selatan mendominasi dengan porsi 43,90%, mencatat pertumbuhan 9,52% yoy. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh sektor rumah tangga yang naik Rp5,86 triliun.

Provinsi Sulawesi Tengah juga menunjukkan performa kuat dengan pertumbuhan kredit 23,67% yoy, lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 18,71%. Sektor industri pengolahan, khususnya subsektor logam dasar, menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 99,57% yoy.

Bali dan Nusa Tenggara: Pemulihan Pariwisata Dorong Pertumbuhan

Wilayah Bali dan Nusra mencatat pertumbuhan kredit sebesar 15,70% yoy, naik signifikan dari 4,15% pada tahun sebelumnya. Provinsi Bali, dengan porsi 44,78%, mengalami peningkatan kredit sebesar Rp10,88 triliun, terutama dari sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 11,38% yoy.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 26,31% yoy. Peningkatan ini didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 66,67% yoy, dengan kenaikan nominal kredit Rp12,12 triliun.