<p>Ilustrasi</p>
Energi

Pengembangan Smelter Bauksit Ternyata Masih Mandek Usai Pelarangan Ekspor

  • Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu bara, Irwandy Arif mengatakan pengembangan smelter bauksit masih mandek. Irwandy mengungkapkan hingga saat ini pemerintah tengah mengikuti
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu bara, Irwandy Arif mengatakan pengembangan smelter bauksit masih mandek.

Irwandy mengungkapkan hingga saat ini pemerintah tengah mengikuti perkembangan progres smelter ini lebih lanjut. Padahal pemerintah telah melakukan pelarangan ekspor bijih bauksit sejak Juni 2023.

"Masih mandek, kami ikuti perkembangannya. Mudah-mudahan dengan pelarangan ekspor ini yang tadinya tidak dilaksanakan, mereka ada upaya untuk membangun smelter," kata Irwandy ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Sebagai informasi, Pemerintah akan tetap melarang ekspor bijih bauksit pada Juni 2023. Hal ini mengacu pada ketentuan dalam Undang-undang No. 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Opsi Lain Dibuka

Menurut Irwandy pemerintah akan membuka opsi terkait pembangunan smelter dapat dilakukan oleh peminat dari industri lain. Jika memang tidak ada keseriusan dari pemilik smelter.

Ia melanjutkan bahwa saat ini terdapat empat smelter yang sudah beroperasi di dalam negeri, di antaranya  milik PT Indonesia Chemical Alumina memproduksi Chemical Grade Alumina (CGA), PT Bintan Alumina Indonesia produksi Smelter Grade Alumina (SGA).

Lalu ada PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), dan PT WHW Ekspansi juga memproduksi SGA. Keempat perusahaan tersebut bisa memproduksi dari alumina ke aluminium.

Menurutnya saat ini produksi bauksit mencapai 250 ribu ton. Nnatinya jika ada smelter baru produksi akan naik di antara 500-750 ribu ton. Padahal alumunium yang dibutuhkan seharusnya 1 juta ton.

Sebelumnya, Pemerintah terus mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas, selain itu juga melakukan pelarangan ekspor terhadap komoditas mineral salah satunya bauksit. Maka para pengusahan wajib membangun smelter dalam negeri untuk mengolahnya dan memberikan nilai tambah.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, sejumlah perusahaan bauksit saat ini cukup serius dalam membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah dalam hilirisasi pada komoditas tersebut.

Arifin mengungkapkan dari rencana pembangunan 12 smelter bauksit di Indonesia, baru ada 4 smelter di antaranya sudah beroperasi. Sementara 8 smelter masih dalam tahap pembangunan.

Dari 8 smelter yang harus dibangun,  7 lokasi diantaranya masih berupa tanah kosong. Hal ini tidak sesuai dengan verifikasi yang menyatakan beberapa smelter sudah berprogres di atas 50%.