Pengguna Mobil Listrik AS Ingin Balik ke Konvesional, Bagaimana dengan Indonesia?
- Antusiasme konsumen mobil listrik mulai terasa ditambah mulai masifnya ekosistem baik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga harga kendaraan yang mulai terjangkau.
Transportasi dan Logistik
JAKARTA - Keberadaan mobil listrik telah menarik atensi masyarakat di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Namun sayangnya hasil studi dari lembaga survei asal Amerika Serikat (AS), McKinsey & Co. menyebut justru beberapa penikmat mobil listrik menyesal dan memilik kembali ke mobil konvesional.
Kondisi Masyarakat Indonesia dengan Hadirnya Mobil listrik
Pengamat otomotif, Bebin Djuana menyebut, saat ini justru animo masyarakat Indonesia terhadap mobil listrik makin menggeliat. Hal ini dikarenakan penantian panjang para penikmat mobil listrik 3 tahun lalu harus bersabar karena belum masifnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Belum ada indikasi kapok malah Saya melihat sekarang semakin membesar euforianya," kata Beben kepada TrenAsia.com pada Senin, 22 Juli 2024.
- Joe Biden Disebut Alami Penurunan Kognitif, Apa Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?
- Di Balik Saham Emiten Batu Bara (ADRO) Bergerak Atraktif
- Prediksi Laba Astra (ASII) Semester I-2024 di Tengah Lesunya Penjualan Mobil Nasional
Beben menjelaskan jika, konsumen dipaksa menunggu hadirnya mobil listrik dan alat penunjangnya di mana mereka yang ingin mencoba merasakan hematnya berkendara dengan kendaraan rendah emisi ini.
Antusiasme konsumen mobil listrik mulai terasa ditambah mulai masifnya ekosistem baik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga harga kendaraan yang mulai terjangkau.
Yang menjadi catatan Beben, adalah jangan sampai seiring dengan bertumbuhnya mobil listrik namun pertumbuhan SPKLU tidak diimbangi, sehingga menimbulkan ketimpangan dalam penyediaannya.
Kondisi AS Vs Indonesia Berbeda
Beben mengatakan, jika keadaan konsumen mobil listrik di Amerika Serikat dibandingkan dengan Indonesia justru tidak berbeda. Pasalnya mobil-mobil listrik di Amerika Serikat banyak yang tidak tahan terhadap musim dingin yang ekstrem.
Suhu minus di sana disebut Beben menjadi biang kerok yang mempengaruhi pengguna mobil listrik dan sekaligus menyebabkan rasa kapok dalam berkendara.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional tercatat sebanyak 9.729 unit pada Januari-Mei 2024. Angka ini melonjak 109,68% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 4.640 unit.
Sejauh ini, Wuling Motors menjadi merek mobil listrik terlaris di Indonesia. Pada Januari-Mei 2024, Wuling merealisasikan penjualan wholesales mobil listrik sebanyak 5.468 unit atau melesat 278,67% yoy dibandingkan periode sebelumnya yakni 1.444 unit.
Capaian Wuling cukup dipengaruhi oleh bertambahnya model yang dipasarkan pabrikan China tersebut. Saat ini, Wuling menjual Air ev, BinguoEV, dan Cloud EV di Indonesia. Adapun BinguoEV menjadi kontributor utama penjualan mobil listrik Wuling dengan penjualan sebesar 3.542 unit hingga Mei 2024.
Perlu diketahui hasil studi dari lembaga survei asal Amerika Serikat (AS), McKinsey & Co, dari 30.000 sampel berupa individu yang sering melakukan mobilitas menggunakan mobil, didapati 29% di antaranya mengungkapkan ingin kembali memakai mobil bermesin bakar internal (ICE).
Di Negeri Paman Sam angkanya lebih besar lagi yakni 46%. Lembaga konsultan itu membeberkan alasan di balik hasil riset yang cukup mengejutkan tersebut, utamanya soal infrastruktur pengisian daya yang belum cukup memadai hingga kini.
Kemudian total biaya kepemilikan kendaraan listrik yang terlalu tinggi dan pola mengemudi di jalan raya, serta perjalanan jarak jauh yang harus ditempuh oleh pengemudi. Sebenarnya, masalah tempat pengisian daya mulai bisa di atasi dengan menambahnya di beberapa lokasi secara luas.