Penghasil Devisa, Komoditas Karet Siap Masuk Bursa?
Industri

Penghasil Devisa, Komoditas Karet Siap Masuk Bursa?

  • Karet turut menjadi salah satu yang disebut Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko akan masuk ke bursam mengikuti CPO beberapa waktu lalu telah diresmikan.
Industri
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Karet turut menjadi salah satu yang disebut Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko akan masuk ke bursa menyusul crude palm oil (CPO) beberapa waktu.

Faktanya, karet merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Karet juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang dikenal sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Asal tahu saja, Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir karet terbesar dunia

Kebanyakan karet komersial berasal dari getah pohon karet pare karet (para rubber tree) atau Hevea brasiliensis.Tanaman Karet merupakan tanaman tahunan yang tumbuh hingga umur 30 tahun.

Pohon karet sendiri dapat tinggi mencapai 15 hingga 20 Meter. Pohon karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama 5 tahun.

Adapun, kebanyakan produksi karet Indonesia berasal dari provinsi Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Saat ini kebutuhan karet masih tinggi terutama untuk industri ban, perkakas rumah Tangga, aspal dan bahan penolong lainnya.

Sebaran Industri Karet

Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2023 luas areal tanaman Perkebunan karet di Indonesia tahun 2022 mencapai 3,8 juta hektare (ha). Jika dirinci lagi berdasarkan luas areal tanaman perkebunan besar komoditas karet selama 2022 menyentuh angka 301,9 ribu ha, sedangkan luas areal tanaman perkebunan rakyat komoditas karet menginjak 3,5  juta ha.

Jika melihat jumlah perusahaan perkebunan karet yang tahun ke tahun dari 2020 hingga 2022. Perusahaan besar berada di angka masing, masing 301, lalu merosot ke 288 ditahun 2021 dan 2022 diangk 284 perusahaan.

Lebih jauh untuk produksi komoditas karet sepanjang 2022 mencapai 3.135,3 ton, hal ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya diangka 3.045,3 ribu ton. Jika dirici lebih jauh produksi perkebunan besar komoditas karet sepanjang 2022 mencapai 224, 9 ribu ton, hal ini penurunan dari tahun sebelumnya diangka 219,1 ribu ton. Namun jika dilihat dari produksi perkebunan rakyat komoditas karet di Tahun 2022 berada di angka 2,910,9  ton.

Kinerja Ekspor Karet

Mengacu pada data Kementerian Perdagangan dalam realisasi ekspor karet dan produk karet Indonesia periode 2018-2023 (Januari-Mei) mengungkapkan bahwa, pada periode 2018 hingga 2022 tren nilai ekspor karet dan produk karet di Indonesia mencapai 1,56%. Di mana hal ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan secara tahunan nilai ekspor karet di 2021 sebesar 30,14%.

Namun pada periode januari hingga Mei 2023 ekspor karet dan produk karet mengalami perlemahan baik dari sisi nilai maupun volume. Nilai ekspor karet melemah 25,88% y o y dan volume ekspor karat melemah 14,17% yoy.

Adapun karet dan produk karet Indonesia yang diekspor tiga jenis pertama karet alam, karet olahan dan produk karet. Pada Tahun 2022 importir karet alam terbesar adalah Cina dengan US$798,9 juta, disusul Malaysia US$618,31 juta, Amerika Serikat US$75,53 juta dan Belgia US$52,71 juta terakhir Belanda US$51,61 juta.

Sedangkan importir karet olahan terbesar pada 2022 ada Cina  US$3,23 miliar disusul Amerika US$2,30 miliar, Jepang US$1,46 miliar. Untuk jenis produk karet importir terbesar dari negara Amerika Serikat US$35,79 miliar, Jepang US$14,60 miliar dan Meksiko US$7,39 miliar.

Rendahnya proporsi ekspor karet alam serta tingginya proporsi ekspor karet olahan dan produk karet mengindikasikan adanya hilirisasi untuk industri karet di Indonesia.