<p>Harita Nickel merogoh kocek Rp14 triliun untuk investasi pabrik baterai mobil listrik ini. / Harita Nickel</p>
Korporasi

Pengolahan Nikel Dorong Laba Bersih NCKL 8,3 Persen di Kuartal III-2024

  • Kapasitas produksi NCKL terus meningkat berkat ekspansi smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan fasilitas pemurnian High Pressure Acid Leach (HPAL).

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten tambang nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel sukses mencatatkan kinerja laba impresif sepanjang kuartal III-2024. Hal ini didukung oleh pendapatan pengolahan nikel yang membanggakan. 

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, emiten bersandikan NCKL sukses mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 8,3%, dari Rp4,46 triliun menjadi Rp4,83 triliun hingga kuartal III-2024. 

Peningkatan ini didorong oleh kenaikan pendapatan, yang tumbuh dari Rp17,29 triliun menjadi Rp20,37 triliun, seiring dengan bertambahnya produksi dan volume penjualan di seluruh lini penambangan dan pengolahan.

Bila dirinci, pendapatan perusahaan selama sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024 berasal dari dua segmen utama, yaitu pengolahan nikel sebesar Rp17,74 triliun dan penambangan nikel sebesar Rp2,64 triliun. 

Kapasitas produksi NCKL terus meningkat berkat ekspansi smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan fasilitas pemurnian High Pressure Acid Leach (HPAL). Selain itu, penjualan bijih nikel juga mencatat kenaikan kuartal demi kuartal untuk memenuhi kebutuhan smelter dan refinery di anak perusahaan Harita Nickel.

Kinerja keuangan perusahaan menunjukkan pertumbuhan signifikan, di mana laba bruto meningkat dari Rp6,13 triliun menjadi Rp6,66 triliun. 

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh efisiensi operasional yang berhasil diterapkan di seluruh lini produksi. Dengan terkendalinya beban operasional, laba usaha juga bertumbuh dari Rp5,42 triliun menjadi Rp5,80 triliun hingga September 2024. Laba bersih perusahaan turut mencatat kenaikan, dari Rp5,66 triliun menjadi Rp6 triliun, sehingga laba per saham naik dari Rp74,35 menjadi Rp76,69 per saham.

Pada sisi neraca keuangan, perusahaan memiliki total aset sebesar Rp51,7 triliun, yang terdiri dari aset lancar senilai Rp16,0 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp35,7 triliun. Total liabilitas perusahaan mencapai Rp18,3 triliun, yang terbagi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar Rp8,4 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp9,9 triliun. 

Sementara itu, total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp33,4 triliun, dengan ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp27,8 triliun dan kepentingan non-pengendali sebesar Rp5,6 triliun.

Target Tahun Ini

Pada tahun ini, Harita Nickel menargetkan produksi sebesar 120.000 ton kandungan nikel dalam feronikel dari smelter MSP dan HJF. 

Untuk bijih nikel kadar rendah, perusahaan mengandalkan dua refinery HPAL, yaitu Halmahera Persada Lygend (HPL) dan Obi Nickel Cobalt (ONC), dengan target produksi 80.000–85.000 ton kandungan nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Meski kinerja keuangan mencatat pertumbuhan positif, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa harga saham NCKL year-to-date (ytd) justru mengalami penurunan sebesar 17,77%, dari Rp1.000 pada akhir 2023 menjadi Rp810 hingga penutupan perdagangan Kamis, 21 November 2024.

Sebelumnya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya, dalam riset terbarunya mempertahankan rekomendasi beli saham NCKL dengan target harga Rp1.300. Target tersebut mencerminkan perkiraan price-to-earnings ratio (PE) tahun 2025 sebesar 8,7 kali.