<p>Ilustrasi emas batangan. / Pixabay</p>
Pasar Modal

Penguatan Yield Obligasi dan Dolar AS Jegal Harga Emas

  • Harga emas berjangka melemah 1,5% akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Harga emas berjangka melemah 1,5% akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Hal ini juga membuat para pelaku pasar menantikan data ekonomi Negeri Paman Sam yang berisiko mempengaruhi arah kebijakan the Fed.

Pada perdagangan Rabu, 2 Agustus 2023, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman periode Desember 2022 di divisi Comex New York Exchange mengalami penurunan hingga US$30,4 atau sekitar 1,5%, pada level US$1.978,8 per ounce. 

Analis Senior OANDA Edward Moya mengatakan, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan harga emas di tengah antisipasi para investor terhadap pengumuman pengembalian dana obligasi pemerintah.

Sementara itu, pelaku pasar juga berharap akan adanya ketahanan ekonomi yang lebih baik ke depannya. Meskipun data per Selasa, 1 Agustus 2023 menunjukkan pelemahan aktivitas, imbal hasil obligasi tetap naik.

Pada kesempatan yang sama, lowongan kerja di AS mengalami penurunan ke level terendah dalam lebih dari dua tahun pada Juni 2023, namun tetap berada pada level yang konsisten dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat. 

“Sektor manufaktur AS menunjukkan stabilitas pada level yang lebih rendah pada periode Juli 2023, meskipun terjadi peningkatan pesanan baru secara bertahap,” ujarnya dikutip Selasa, 2 Agustus 2023.

Menurut Moya, perhatian investor beralih ke laporan penggajian non-pertanian AS pada Juli 2023 yang akan dirilis pada akhir pekan ini. Diperkirakan keseluruhan pekerjaan akan meningkat sebanyak 200.000 setelah sebelumnya mencatat peningkatan sebesar 209.000 pada bulan lalu.

“Meski harga emas mengalami penurunan pada akhir Juli, sebelumnya bulan tersebut telah mencatat kenaikan sebesar 2,5 persen, yang merupakan kenaikan bulanan terbesar dalam empat bulan,” tambahnya.

Moya menyebut kenaikan tersebut didorong oleh harapan bahwa bank sentral besar di seluruh dunia akan mendekati puncaknya dalam kenaikan suku bunga, mengingat adanya tanda-tanda perlambatan inflasi.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa the Fed kemungkinan akan melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya jika inflasi menurut. “Harga emas dapat berada dalam kisaran yang ketat dalam waktu dekat, namun pada akhirnya diprediksi akan naik di atas US$2.000 per ounce,” pungkasnya.