Pengusaha Yakin Pemulihan Ekonomi Bergantung pada Vaksin dan UU Ciptaker
JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan Perkasa Roeslani mengatakan game changer dunia usaha pada 2021 bertumpu pada dua hal yakni vaksinasi dan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Sebagai faktor utama, vaksinasi diharapkan menjadi jawaban ketidakpastian bagi seluruh sektor usaha. Sebab, vaksinasi akan mampu mendorong konsumsi domestik yang pada akhirnya dapat […]
Industri
JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan Perkasa Roeslani mengatakan game changer dunia usaha pada 2021 bertumpu pada dua hal yakni vaksinasi dan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
Sebagai faktor utama, vaksinasi diharapkan menjadi jawaban ketidakpastian bagi seluruh sektor usaha. Sebab, vaksinasi akan mampu mendorong konsumsi domestik yang pada akhirnya dapat menggerakkan produksi.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Sebagai pengusaha, kami tidak suka banyak kejutan. Maunya kepastian dan keamanan,” kata Rosan dalam acara economic outlook 2021 secara virtual, Selasa, 24 November 2020.
Selanjutnya, UU Ciptaker sebagaimana digadang-gadang, dapat mengundang investasi besar ke Indonesia. Berdasarkan kontribusinya, investasi menyumbang sekitar 31-32% dari total perekonomian domestik.
Kedua faktor tersebut pada akhirnya saling berkaitan, artinya konsumsi bergerak naik sehingga memungkinkan kepercayaan investor juga tinggi.
Hingga kini, masyarakat kelompok menengah dan tinggi terpantau masih enggan untuk membelanjakan uangnya. Padahal, kelompok masyarakat menengah yang jumlah populasinya mencapai 40% dari total penduduk menyumbang 36,7% dari total konsumsi nasional.
Sementara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi yang jumlahnya sebesar 20% bahkan berkontribusi 45,4% dari total konsumsi. Dengan demikian, macetnya konsumsi di dua kelompok masyarakat tersebut sangat menekan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kesempatan menumbuhkan investasi terutama asing di Indonesia juga makin melebar dengan adanya sentimen antara China dengan beberapa negara yang harusnya dimanfaatkan.
Menurut informasi, kata Rosan, sejumlah perusahaan asal Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang bersiap angkat kaki dari China karena mereka tidak ingin global value chain hanya terkonsentrasi di sana.
“Ini kesempatan yang harus bisa dikapitalisasi. Sehingga kita berharap UU Ciptaker dengan aturan turunannya bisa mengambil momentum itu,” tambahnya.