Penipuan di Sektor Keuangan Naik 2x Lipat di Akhir Tahun, Inilah Modus-modusnya
- Lonjakan penipuan berbasis AI menjadi peringatan serius. Jika tidak segera diatasi, kerugian finansial maupun reputasi akan terus meningkat. Industri keuangan perlu beradaptasi dan memperkuat sistem keamanan.
Fintech
JAKARTA - Memasuki penghujung tahun, sektor keuangan di Indonesia menghadapi ancaman serius dengan meningkatnya kasus penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI). VIDA, sebuah perusahaan teknologi keamanan digital, mencatat lonjakan signifikan sebesar 1.550% dalam insiden kejahatan ini.
Lonjakan tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Jenis penipuan yang kerap terjadi meliputi penggunaan teknologi deepfake, pengambilalihan akun (account takeovers/ATOs), hingga penipuan identitas sintetis.
Untuk menjawab tantangan ini, VIDA meluncurkan solusi bernama VIDA Identity Stack (VIS) guna membantu sektor bisnis menghadapi ancaman penipuan yang semakin canggih.
- Rekomendasi Tempat di Mana Kreativitas dan Seni Menyatu di Jimbaran, Bali
- 2025 Tinggal 2 Hari Lagi, Penolakan PPN 12 Persen Masih Bergulir
- ADRO Investasikan Rp66 M untuk Proyek Energi Terbarukan di Kepri
Peringatan dari VIDA: Risiko Besar bagi Industri Keuangan
Victor Indajang, Chief Operating Officer VIDA, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap fenomena ini.
“Lonjakan penipuan berbasis AI menjadi peringatan serius. Jika tidak segera diatasi, kerugian finansial maupun reputasi akan terus meningkat. Industri keuangan perlu beradaptasi dan memperkuat sistem keamanan mereka,” ujar Victor melalui keterangan yang diterima TrenAsia, dikutip Selasa, 31 Desember 2024.
Ia menyoroti kasus penggunaan KTP palsu untuk pengajuan pinjaman atau kredit ilegal yang tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi keuangan.
Data Kerugian: Fakta Mengejutkan dari OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kerugian masyarakat akibat kejahatan keuangan, termasuk penipuan dan kecurangan (fraud dan scam), mencapai Rp2,5 triliun dari 2022 hingga triwulan pertama 2024.
Penipuan berbasis AI di sektor keuangan menjadi salah satu kontributor signifikan terhadap angka tersebut, menunjukkan urgensi bagi industri keuangan untuk meningkatkan sistem perlindungan mereka.
Baca Juga: Pentingnya Inisiatif Database Universal di Fintech untuk Mitigasi Kejahatan Siber
Modus Penipuan di Berbagai Sektor Keuangan
1. Industri Perbankan dan Fintech
Teknologi deepfake digunakan untuk menipu karyawan bank agar menyetujui transaksi ilegal, sering kali melalui manipulasi gambar nasabah yang terlihat autentik.
Contoh nyata terjadi pada tahun 2021, di mana sebuah bank di Eropa mengalami kerugian sebesar US$35 juta akibat deepfake. Selain itu, serangan phishing tetap menjadi ancaman dominan, dengan 41% kasus penipuan melibatkan platform fintech lending.
File APK berbahaya yang dikirim melalui aplikasi pesan instan juga menjadi salah satu metode canggih dalam modus ini.
2. Multifinance dan Consumer Finance
Pengambilalihan akun (ATOs) kian marak akibat pencurian data dari serangan phishing atau kebocoran data. Dampak modus ini sering kali berupa transaksi tidak sah yang merugikan konsumen secara finansial.
Sementara itu, penipuan identitas sintetis—di mana pelaku menciptakan identitas palsu dengan data curian—diperkirakan menyebabkan kerugian global hingga US$2 miliar per tahun.
3. Industri Asuransi
Pemalsuan dokumen dan tanda tangan menjadi tren utama dalam pengajuan klaim palsu di sektor asuransi. Dampaknya tidak hanya merugikan perusahaan asuransi secara finansial, tetapi juga mendorong kenaikan biaya premi bagi konsumen.
Kebocoran data pribadi memperparah situasi ini dengan memperbesar peluang terjadinya klaim palsu dan penipuan lainnya.
- Rekomendasi 7 Film Horor Indonesia Tayang Bioskop Januari 2025
- Begini Proyeksi Kinerja ADRO di 2025 Usai Spin Off AADI, Target Saham Naik
- 12 Rekomendasi Tempat Wisata di Kabupaten Semarang untuk Libur Akhir Tahun
VIDA Identity Stack: Solusi Inovatif untuk Menjawab Ancaman
Sebagai respons atas lonjakan kasus penipuan ini, VIDA menghadirkan VIDA Identity Stack (VIS), solusi berbasis teknologi AI yang dirancang untuk memberikan perlindungan menyeluruh. VIS mengintegrasikan:
- Teknologi verifikasi identitas berbasis biometrik.
- Otentikasi multifaktor.
- Deteksi penipuan berbasis AI.
Dengan VIS, perusahaan dapat mencegah penipuan sebelum terjadi, sekaligus memastikan keamanan transaksi digital.
“VIDA Identity Stack bukan sekadar teknologi, melainkan langkah transformasional dalam melindungi industri keuangan dari ancaman yang terus berkembang,” ungkap Victor.
Seruan untuk Berkolaborasi
VIDA mengimbau pelaku industri keuangan untuk segera mengadopsi teknologi canggih demi menghadapi ancaman penipuan berbasis AI. Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan regulator diperlukan untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih aman dan tepercaya.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai VIDA Identity Stack dan manfaatnya bagi perlindungan bisnis, kunjungi VIDA Identity Stack.