
Penjelasan Ilmiah Dibalik Mengapa Kita Kerap Membandingkan Diri dengan Orang Lain
- Kecenderungan untuk terlibat dalam proses perbandingan menurun seiring bertambahnya umur seseorang.
Gaya Hidup
JAKARTA - Sebut saja Anda sepulang dari kegiatan buka bersama, reuni, atau sekedar bertemu teman dan keluarga. Setelah selesai berbincang dengan mereka. Apakah Anda mulai membandingkan diri Anda dengan mereka? termasuk pencapaian dan kesuksesan Anda?
Zaman sudah semakin maju, sekarang tak hanya secara offline. Orang bisa dengan mudah mengetahui detail kehidupan orang lain melalui media sosial. Tak dapat dihentikan, fenomena membandingkan diri semakin dilakukan oleh banyak orang.
Lalu mengapa kita sering membandingkan diri dengan orang lain? Apa dampaknya untuk diri kita sendiri?
- Pemerintah Telah Cairkan THR PNS Senilai Rp18,79 Triliun
- Kisah Sukses Ma Huateng, Geser Jack Ma Sebagai Orang Terkaya di China dan Disebut-sebut Sebagai Paman Sisca Kohl
- Gokil! Laba Bersih Pertamina Melonjak 86 Persen jadi Rp56 Triliun pada 2022
Teori perbandingan sosial
Teori perbandingan sosial pertama kali diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1954. Dalam penelitiannya Leon Festinger berhipotesis bahwa seseorang membuat perbandingan sebagai cara untuk mengevaluasi diri mereka. Evaluasi ini meliputi tindakan, pencapaian, dan pendapat mereka dengan orang lain.
Keinginan untuk membandingkan ini adalah dorongan bawaan dan kerap terjadi bahkan tanpa disadari.
Dua jenis perbandingan sosial
Lebih lanjut, melansir dari laman website Very Well Mind pada Selasa, 18 April 2023, ada dua jenis perbandingan sosial yaitu:
Perbandingan sosial ke atas
Terjadi ketika kita membandingkan diri kita dengan mereka yang kita yakini lebih baik dari kita dengan tujuan untuk menumbuhkan keinginan meningkatkan status atau tingkat kemampuan yang kita miliki saat ini.
Perbandingan sosial ke bawah
Perbandingan sosial ke bawah terjadi ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain yang lebih buruk dari kita. Perbandingan ke bawah sering berpusat pada keinginan untuk membuat diri kita merasa lebih baik tentang kemampuan atau sifat kita.
Kecenderungan membandingkan diri menurun seiring bertambahnya usia
Dikutip dari laman website Psychology Today, sebuah studi di tahun 2015 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Essex dan Cambridge menunjukkan hasil bahwa kecenderungan untuk terlibat dalam proses perbandingan menurun seiring bertambahnya umur seseorang.
Salah satu alasannya adalah, seiring bertambahnya usia, kita lebih cenderung untuk menilai diri sendiri berdasarkan tolak ukur masa lalu kita sendiri daripada keadaan orang lain. Inilah mengapa biasanya orang-orang yang membandingkan diri adalah kaum remaja atau dewasa awal.
Efek membandingkan diri untuk kesehatan mental
Seperti dua sisi mata koin, membandingkan diri dengan orang lain memiliki efek positif dan negatif. Efek positifnya yaitu Anda akan mendapatkan inspirasi atas pencapaian orang lain dan mulai membangkitkan motivasi untuk memperbaiki hidup Anda sendiri. Harga diri dan rasa percaya diri Anda juga akan meningkat jika Anda melakukan perbandingan sosial ke bawah.
Sedangkan efek negatifnya adalah membandingkan diri dapat berbahaya karena membuat Anda merasa rendah diri dan terekan. Tak jarang hal ini juga memicu seseorang menjadi stres.
Kita membandingkan diri dengan orang-orang yang kita kenal
Menurut para peneliti, kita cenderung membandingkan diri dengan orang-orang yang paling dekat dengan kita dan orang-orang yang berada dalam lingkaran pribadi kita seperti teman, rekan kerja, keluarga, dan tetangga.
Kita cenderung tidak membandingkan diri dengan orang asing seperti selebritis, tokoh terkenal, atau tuna wisma yang kita temui di pinggir jalan.
Adapun elemen perbandingan ini biasanya meliputi penampilan, hubungan, kekayaan, pencapaian profesional, atau tujuan lain yang lebih spesifik.
Nah berikut tadi adalah artikel mengenai perbandingan sosial. Semoga bermanfaat!