Penjualan Giorgio Armani Melonjak 34 Persen Di Tahun Kedua Pandemi
- MILAN - Produsen fesyen mewah Giorgio Armani, mencatatkan pertumbuhan penjualam meski pandemi masih berlangsung. Baru baru ini, Armani melaporkan penjualan seme
Industri
MILAN - Produsen fesyen mewah Giorgio Armani, mencatatkan pertumbuhan penjualam meski pandemi masih berlangsung. Baru baru ini, Armani melaporkan penjualan semester pertama 2021 melonjak hingga 34 persen.
Tak disebutkan berapa nominal penjualan Armani pada semester ini. Namun, perusahaan mengatakan tren penjualan positif sepanjang tahun ini menunjukkan skenario profitabilitas yang jauh lebih baik untuk 2021.
Lonjakan penjualan tersebut disebut Armani disebabkan oleh tren mode di Amerika dan Cina yang mulai membaik sehingga membawa perusahaan mode asal Italia ini bisa bangkit kembali.
- Apa yang akan Terjadi Jika Bumi Tiba-Tiba Berhenti Berputar?
- Jelang IPO, Permintaan Saham Perdana Ultra Voucher Membeludak
- Transaksi E-Commerce Melesat 63,4 Persen pada Semester I-2021
Meski begitu, Armani memyatakan bahwa angka ini masih jauh dibanding pendapatan masa sebelum pandemi. Meski begitu, sang CEO, Giorgio Armani menyebutkan bahwa penjualannya bakal kembali normal ke masa pra-pandemi pada tahun depan.
"Tujuannya adalah untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi pada 2022 mendatang," ujar Armani mengutip dari Reuters.
Sebagai informasi, Armani meraup pendapatan konsolidasi sekitar 2 miliar Euro Eropa atau sekitar Rp 34,1 triliun (asumsi kurs Rp17.000 per Euro Eropa) sebelum pandemi berlangsung.
Tahun lalu, Armani melaporkan pendapatannya turun sekitar 25 persen menjadi 1,6 miliar Euro Eropa atau sekitar Rp27,2 triliun. Dari laporan,penurunan banyak terjadi di semester pertama.
Seperti diketahui, Penjualan barang mewah di seluruh dunia turun tajam tahun lalu untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun karena pandemi memaksa penutupan toko dan menghentikan pariwisata internasional.
Meski begitu, Armani tetap memandamg hal tersebut sebagai suatu yang positif kala itu.
"Penurunan pendapatan pada 2020 harus dibaca tidak hanya sebagai konsekuensi dari pandemi, tetapi juga sejalan dengan prinsip strategis Giorgio Armani sendiri 'less is more'," kata Deputy Managing Director Armani Giuseppe Marsocci mengutip dari Reuters.
Sepanjang tahun lalu, grup ini menghasilkan laba bersih konsolidasi sebesar 90 juta Euro Eropa atau sekitar Rp1,6 trilium. Meski begitu Armani tetap mendapat rugi dari operasional (EBIT) sebesar 29 juta Euro Eropa atau sekitar Rp 494,8 miliar.
Ia juga mengatakan pada hari Minggu bahwa posisi keuangannya meningkat secara signifikan di paruh pertama dengan kas bersih dan setara kas sebesar 1,088 miliar Euro Eropa. Dana tersebut menurut perusahaan dapat mendukung stabilitas dan pertumbuhan jangka menengah hingga jangka panjang grup.