Saham emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terpantau menguat pada perdagangan, Kamis, 2 Mei 2024, bertepatan dengan jadwal cum dividen senilai Rp8,06 triliun atau setara Rp69,3 per saham.
Korporasi

Penjualan HMSP Tetap Tangguh Meski Tergerus Kenaikan Tarif Cukai

  • Penjualan sigaret kretek tangan oleh HMSP berhasil melonjak ke Rp18,39 triliun dari Rp15,39 triliun pada periode semester I-2023.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Di tengah tantangan downtrading akibat kenaikan tarif cukai tembakau, penjualan emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) tetap menunjukkan performa yang solid pada semester I-2024. 

Berdasarkan publikasi laporan keuangannya, emiten rokok bersandi HMSP sepanjang paruh pertama tahun ini, berhasil mengumpulkan penjualan Rp57,81 triliun. Angka ini berhasil melenting tipis 2,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp56,15 triliun. 

Tantangan downtrading atau peralihan konsumsi rokok ke jenis yang lebih murah di HMSP terlihat dari pos penjualan pihak ketiga ke dalam negeri, di mana penjualan sigaret kretek tangan berhasil melonjak ke Rp18,39 triliun dari Rp15,39 triliun pada periode semester I-2023.

Selain itu, pos penjualan HMSP yang melonjak ada di pos penjualan produk tembakau lainnya yang melesat ke level Rp748,91 miliar dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp445,23 miliar. 

Sementara itu, pos penjualan sigaret kretek mesin, sigaret putih mesin, dan sigaret putih tangan seluruhnya mengalami pelemahan, dengan penurunan tertinggi ada di pos sigaret kretek mesin yang menguap dari Rp35,33 triliun menjadi Rp33,88 triliun pada semester I-2024. 

Adapun pos penjualan sigaret putih mesin dan sigaret putih tangan tidak mengalami penurunan yang signifikan, masing-masing turun ke level Rp3,65 triliun dan Rp430,11 miliar dari Rp4,10 triliun dan Rp496,06 miliar.

Selain didorong oleh penjualan sigaret kretek tangan dan produk tembakau lainnya, pendapatan HMSP juga meningkat berkat penjualan berelasi, seperti pos ekspor yang melonjak ke Rp495,53 miliar dari Rp237,18 miliar, serta penjualan lainnya yang naik ke Rp205,71 miliar dari Rp141,93 miliar.

Namun, seiring dengan meningkatnya penjualan, beban pokok penjualan produsen rokok Sampoerna dan Marlboro pada semester I-2024 justru naik ke Rp49,12 triliun dari posisi tahun sebelumnya yang hanya Rp46,91 triliun.

Akibatnya, laba bersih HMSP menurun menjadi Rp3,31 triliun, atau menguap 11,57% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat di level Rp3,75 triliun. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto dan Sabela Nur Amalina dalam risetnya mengatakan, kinerja HMSP tertekan akibat aturan kenaikan cukai dari pemerintah sebesar 10% pada awal tahun ini. 

"Kami melihat masih ada tantangan bagi produsen tier-1 karena adanya tren downtrading (membeli rokok lebih murah) yang didorong oleh daya beli yang lemah dan regulasi yang tidak menguntungkan," katanya dalam riset dikutip pada Kamis, 25 Juli 2024. 

Sementara itu, Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, mengatakan tertekannya kinerja emiten rokok seperti HMSP didorong oleh kenaikan suku bunga yang mengurangi tingkat konsumsi. 

Terkait saham, Nafan merekomendasikan untuk melakukan akumulasi beli saham HMSP dengan target harga Rp850 per saham. Secara teknikal, saham ini masih bergerak sideways dan tetap terkonsolidasi.