Penjualan INAF Anjlok 69 Persen, Segmen Ethical dan FMCG Paling Terpukul
- Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan pendapatan.
Bursa Saham
JAKARTA - Emiten farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) melaporkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik induk sebesar Rp166,48 miliar hingga III-2024.
Berdasarkan laporan keuangan, kerugian tersebut menunjukkan penurunan sebesar 13,1% dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp191,69 miliar. Ini mengindikasikan adanya upaya perbaikan kinerja meskipun kondisi keuangan perusahaan masih dalam posisi negatif.
Namun, INAF mencatatkan penurunan penjualan bersih sebesar 69% menjadi Rp137,87 miliar hingga III-2024, dibandingkan Rp445,70 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan pendapatan, terutama di tengah kondisi pasar yang kompetitif dan tekanan biaya yang meningkat.
- Terus Merangsek, Berapa Luas Wilayah Ukraina yang Kini Dikuasai Rusia 2024
- Profil Iwan Bule, Komisaris Utama Pertamina Jebolan PSSI
- Kunjungi Korban Banjir, Raja dan Ratu Spanyol Dilempari Lumpur
Lebih rinci, penurunan penjualan terlihat dari beberapa segmen utama. Penjualan lokal untuk produk ethical mengalami penurunan drastis sebesar 76,6%, dari Rp272,82 miliar pada III-2023 menjadi hanya Rp63,7 miliar hingga III-2024. Segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG), yang pada tahun lalu masih memberikan kontribusi dengan penjualan sebesar Rp85,47 miliar hingga III-2023, kini tidak mencatatkan penjualan sama sekali hingga III-2024.
Segmen alat kesehatan, jasa klinik, dan lainnya juga menunjukkan penurunan signifikan. Penjualan dari segmen ini turun 53,3% menjadi Rp10,83 miliar, dari Rp23,21 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan permintaan atau kendala operasional yang mempengaruhi kinerja segmen tersebut.
Namun demikian, terdapat peningkatan pada penjualan vaksin. Penjualan vaksin naik 35,1% menjadi Rp49,22 miliar hingga III-2024, dari Rp36,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini dapat menjadi indikasi keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar di tengah peningkatan kebutuhan vaksin.
Sebaliknya, penjualan ekspor mengalami penurunan tajam sebesar 69%, dari Rp445,70 miliar hingga III-2023 menjadi Rp137,87 miliar hingga III-2024. Penurunan ini menunjukkan adanya tantangan dalam pasar ekspor, baik dari segi permintaan global maupun dari segi persaingan internasional.
Di sisi lain, Indofarma mencatat rugi bruto sebesar Rp11,80 miliar hingga III-2024. Angka ini meningkat 15,3% dibandingkan dengan laba bruto Rp10,23 miliar yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini menandakan adanya tekanan pada margin keuntungan perusahaan, kemungkinan akibat meningkatnya biaya produksi atau penurunan harga jual.
Dari sisi neraca keuangan, total aset Indofarma tercatat sebesar Rp758,4 miliar hingga III-2024, sedikit menurun dari posisi per Desember 2023 yang sebesar Rp759,82 miliar. Penurunan aset ini bisa disebabkan oleh penurunan nilai aset lancar atau penyusutan aset tetap.
Sementara itu, liabilitas perusahaan meningkat menjadi Rp1,72 triliun hingga III-2024, dibandingkan Rp1,56 triliun pada 31 Desember 2023. Peningkatan liabilitas ini menunjukkan adanya penambahan utang atau kewajiban jangka pendek dan jangka panjang perusahaan, yang dapat mempengaruhi kesehatan finansial perusahaan dalam jangka panjang.