Penjualan Jeblok, Laba Garudafood Milik Konglomerat Sudhamek Rontok 28,79 Persen
Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal III-2020, laba bersih emiten bersandi saham GOOD ini telah terkoreksi 28,79% menjadi Rp211,94 miliar dari sebelumnya Rp297,67 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Industri
JAKARTA – PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) harus menelan pil pahit dari dampak pandemi COVID-19. Bagaimana tidak, sepanjang sembilan bulan pertama 2020, produsen kacang Garuda ini terus menghadapi tekanan sampai harus menerima penurunan laba bersih hingga menyentuh dobel digit.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal III-2020, laba bersih emiten bersandi saham GOOD ini telah terkoreksi 28,79% menjadi Rp211,94 miliar dari sebelumnya Rp297,67 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan perusahaan yang tergurus cukup signifikan membuat laba bersih perseroan tidak mampu bertahan pada level terbaiknya. Tercatat sepanjang Januari-September 2020, pendapatan Garudafood telah amblas 9,51% dari Rp6,34 triliun menjadi hanya Rp5,74 triliun.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Penjualan segmen makanan ringan yang menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 86,62% harus tergerus 7,51% pada tahun ini menjadi Rp4,97 triliun dari sebelumnya Rp5,38 triliun. Koreksi pada segmen makanan ringan ini turut diikuti oleh penurunan penjualan dari segmen lain, termasuk minuman dan pendapatan lain-lain.
Segmen minuman menciut 22,23% dari Rp967,58 miliar menjadi Rp767,99 miliar. Pun demikian dengan sumber pendapatan lain-lain yang turut terkuras 55,95% dari Rp304,26 miliar menjadi Rp134,03 miliar.
Beban Turun
Beruntung di tengah penurunan pendapatan ini, perseroan masih mampu untuk mengurangi porsi pada beban pokok penjualan. Secara total, beban pokok GOOD berhasil dikurangi 6,32% dari Rp4,42 triliun menjadi Rp4,14 triliun.
Beban penjualan menjadi yang paling banyak terkoreksi dengan penyusutan 20,28% dari Rp1,04 triliun menjadi Rp828,77 miliar. Sebaliknya beban umum dan administrasi justru meningkat tipis 2,71% dari Rp414,94 miliar menjadi Rp426,17 miliar. Pun demikian dengan beban operasi lainnya yang melesat tajam hingga 122,78% dari Rp30,55 miliar menjadi Rp68,07 miliar.
Dari pos kewajiban, liabilitas perseroan saat ini sudah berada di level Rp2,38 triliun. Sementara ekuitasnya berada di posisi Rp2,65 triliun.
Terakhir dari sisi likuiditas, perseroan masih memiliki aset sebanyak Rp5,03 triliun. Nilai ini terdiri dari aset lancar Rp1,66 triliun dan aset tidak lancar Rp3,37 triliun.
Sebagai informasi, mayoritas saham GOOD hingga September 2020 ini masih digenggam oleh PT Tudung Putra Putri Jaya milik Sudhamek dengan total kepemilikan 21,49%. Disusul Pelican Company Limited sebesar 16,54%.
Sudhamek Agung Waspodo Soenjoto yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia juga memiliki saham GOOD sebanyak 7,44%. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah 1956 ini didapuk sebagai orang terkaya ke-43 di Indonesia oleh majalah Forbes 2019. Kekayaan Sudhamek ditaksir mencapai US$745 juta atau Rp11 triliun.