PLN
Industri

Penjualan Listrik Meningkat, PLN Raup Laba Bersih Rp15,93 Triliun pada Kuartal III

  • PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencatat hasil yang positif pada pos laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perusahaan mengalami kenaikan laba hingga 28,62% dari sebelumnya Rp12,38 triliun menjadi Rp15,93 triliun.

Industri

Feby Dwi Andrian

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencatat hasil yang positif pada pos laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perusahaan mengalami kenaikan laba hingga 28,62% dari sebelumnya Rp12,38 triliun menjadi Rp15,93 triliun pada kuartal III-2022.

Kemudian pada pendapatan usaha, jumlah yang diraih oleh PLN adalah Rp325,12 triliun, naik 20,47% dari periode sebelumnya yaitu Rp269,87 triliun.

Adapun jumlah pendapatan usaha didominasi oleh penjualan tenaga listrik yang mencapai Rp231,04 triliun, naik dari tahun sebelumnya yaitu Rp212,82 triliun. Kemudian kenaikan juga terjadi pada pendapatan kompensasi sebesar 186,54% menjadi Rp46,367 triliun dari sebelumnya Rp16,18 triliun.

Sementara itu pemasukan pada subsidi listrik pemerintah tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp42,14 triliun dari sebelumnya Rp37,39 triliun.

Seiring dengan kenaikan pendapatan perusahaan, PLN juga mengalami peningkatan beban usaha sebesar 16,68% dari periode sebelumnya Rp237,36 triliun menjadi Rp276,95 triliun.

Jumlah beban usaha disumbang oleh bahan bakar dan pelumas yang mengalami  kenaikan dari Rp86,14 triliun menjadi Rp108,22 triliun atau naik sebanyak 25,63%, pembelian tenaga listrik juga mengalami kenaikan dari Rp76,86 triliun menjadi Rp94,22 triliun.

Selain itu, terlepas dari kenaikan beban usaha, PLN tetap membukukan kenaikan laba usaha sebesar 48,16% dari Rp32,50 triliun menjadi Rp48,16 triliun.

Bila melihat laporan posisi keuangan, pada jumlah aset yang dimiliki perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan dari Rp1,61 kuadriliun pada Desember 2021 menjadi Rp1,62 kuadriliun pada September 2022.

Hal itu didorong oleh jumlah aset lancar yang bertambah Rp36,75 triliun dari Rp85,91 kuadriliun menjadi Rp122,67 triliun. Di mana, kenaikan piutang dari pemerintah juga mengalami pertumbuhan dari Rp8,3 triliun menjadi Rp52,67 triliun.

Sementara itu, jumlah liabilitas perusahaan turun dari Rp631,60 triliun menjadi Rp627,05 triliun. Penurunan itu disebabkan oleh turunnya utang usaha kepada pihak berelasi dari Rp20,56 triliun menjadi Rp15,69 triliun.