Penjualan Meningkat, Vale Indonesia Bukukan Laba Rp850,9 Miliar pada Semester I-2021
- JAKARTA - Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kenaikan laba sebesar 10,5% year-on-year (yoy) sepanjang semester I-2021.Pada p
Korporasi
JAKARTA - Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kenaikan laba sebesar 10,5% year-on-year (yoy) sepanjang semester I-2021.
Pada periode ini, laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk tercatat US$58,7 juta atau setara Rp850,9 miliar (asumsi kurs Rp14.497 per dolar Amerika Serikat). Jumlah ini lebih tinggi ketimbang semester I-2020 yang sebesar US$53,1 juta atau Rp769,7 miliar.
Menurut laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan INCO juga turut meningkat menjadi US$414,9 juta. Pada periode yang sama 2020, pendapatan perseroan sebesar US$360,3 juta.
- Lebih Rendah dari Proyeksi IMF, Bank Mandiri Taksir Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 3,69 Persen
- Tokyo Cetak Rekor Kasus Tertinggi, 16 Staf Olimpiade Terpapar COVID-19
- Pendapatan Melonjak, Siloam Hospitals Milik Grup Lippo Berbalik Laba Rp291,54 Miliar
Pendapatan tersebut berasal dari penjualan kepada VCL dan Sumitomo Metal Mining Co.,Ltd masing-masing sebesar US$331,4 juta dan US$83,4 juta.
CEO dan Presiden Direktur PT Vale Febriany Eddy mengatakan, pada periode ini volume penjualan tumbuh 7% mengimbangi harga realisasi rata-rata yang lebih rendah.
Selain itu, ia mengaku telah menyelesaikan kegiatan pemeliharaan kritikal pada periode ini. Alhasil, pihaknya mampu mencapai tingkat produksi sesuai yang diharapkan.
“Saya mengapresiasi kerja keras karyawan untuk memberikan hasil yang positif, dengan tetap mengelola operasional secara efektif,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis, 29 Juli 2021.
Peningkatan Beban Pokok
Meskipun demikian, perseroan mencatat beban pokok pendapatan yang meningkat. Dari semula rugi US$319,8 juta menjadi rugi US$329,1 juta.
Kemudian EBITDA sebesar US$72,3 juta, lebih rendah dibandingkan kuartal I-2021 sebesar US$88,9 juta. Febriany bilang, hal ini utamanya disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi dan harga realisasi rata-rata nikel yang lebih rendah.
Kas dan setara kas perseroan per 30 Juni 2021 sebesar US$426,5 juta, naik dari US$386,2 juta pada posisi 31 Maret 2021.
Pada periode ini, INCO juga mengeluarkan kurang lebih US$33,3 juta untuk belanja modal. Nilai tersebut mengalami penurunan dari yang dikeluarkan pada kuartal sebelumnya tahun ini, yakni US$38,5 juta.
Total liabilitas pada periode ini tercatat US$290,5 juta, sedangkan total ekuitas mencapai US$2,04 miliar. Adapun total aset INCO hingga saat ini sebesar US$2,33 miliar.
“Perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif produktifitas dan penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing jangka panjang,” tambahnya.